Rabu 05 Sep 2018 22:33 WIB

Kemenhub dan Lembaga Asal Jerman Kaji Kelayakan Transportasi

Mereka menilai kelayakan Bandung jadi percontohan pengentasan masalah transportasi.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Gita Amanda
Prototipe Light Rail Transit (LRT) Metro Kapsul Bandung dipajang di Alun-alun, Kota Bandung.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Prototipe Light Rail Transit (LRT) Metro Kapsul Bandung dipajang di Alun-alun, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Perhubungan dan lembaga asal Jerman, Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melakukan studi ke Kota Bandung. Mereka menilai kelayakan Kota Bandung untuk menjadi kota percontohan pengentasan masalah transportasi.

Inovasi yang dijanjikan yaitu Sustainable Urban Transport Programme Indonesia (Sutri Nama) dan komponen Indonesian Bus Rapid Transit Corridor Development Project (Indobus). Tujuan proyek Sutri Nama yaitu mendukung kebijakan serta pengembangan transportasi perkotaan dan mitigasi emisi gas rumah kaca. Sedangkan Indobus yaitu untuk membantu kota dalam mengembangkan dan mendukung pengelolaan operasi Bus Rapid Transit (BRT).

Wakil Wali Kota Bandung Oded M. Danial menyambut baik studi tersebut. Menurut Oded, setiap perkembangan infrastruktur khususnya transportasi menjadi hal utama untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat untuk beraktivitas.

“Sebuah program yang akan ditawarkan yaitu hibah. Saya kira ini bisa berkontribusi untuk Kota Bandung,” kata Oded seperti dalam siaran persnya baru-baru ini.

Oded mengatakan, Pemkot Bandung memberikan respon positif bagi munculnya program tersebut. Hal ini dapat menjadi kerjasama yang bisa menghadirkan kemaslahatan khusus dalam transportasi publik.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Angkutan Multimoda Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Ahmad Wahyudi menyampaikan, program ini sudah berjalan sejak Desember tahun 2017. Rencananya, akan ada 5-7 kota yang menjadi percontohan.

“Pada dasarnya percontohan ini menciptakan angkutan perkotaan yang mempunyai standar internasional. Bukan hanya sekedar kerjasama di atas kertas, tapi sudah mengarah ke implementasi,” ujarnya.

Menurut Wahyudi, program ini tak hanya mengembangkan sarana tetapi juga tetapi system pengelolaan angkutan kota. Misalnya, jika turun dari bandara mau ke tempat tujuan perlu menaiki angkutan beberapa kali. Nanti jika ini diterapkan, semua integrasi itu dibuat minimal, lebih mudah.

"Biasanya 5-6 kali pergantian menaiki transportasi, nanti jadi 2 atau 3,” tutur Ahmad.

Sedangkan Program Director Suti nama dan Indobus, Udo Beran mengatakan, proyek tersebut membantu membangun dan mengimpelementasikan standar internasional.

“Melihat komitmen pimpinan daerah pada program kami, ke depannya akan dibantu demi terlaksana moda transportasi yang lebih baik,” tuturnya.

Mengenai pembiayaan, pihaknya pun akan membantu serta memperhitungkan dana yang terkumpul. Nantinya juga akan memperhitungkan kemampuan keuangan daerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement