Rabu 05 Sep 2018 18:13 WIB

Dinsos Ungkap Fakta tentang Anak Jalanan di Kota Sukabumi

Anak-anak jalanan sengaja berkumpul di Sukabumi dan membentuk komunitas tersendiri.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Qommarria Rostanti
Anak jalanan (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Anak jalanan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI --Dinas Sosial Kota (Dinsos) Kota Sukabumi mengungkap fakta tentang anak-anak jalanan yang ada di wilayahnya. Ternyata, anak jalanan yang berada di Kota Sukabumi, Jawa Barat, sebagian besarnya berasal dari luar kota.

Mereka datang ke Sukabumi untuk melakukan berbagai aktivitas seperti mengamen dan mengemis. "Dari hasil penjangkauan yang dilakukan Satpol PP dan instansi terkait ternyata mayoritas anak jalanan berasal dari luar kota," ujar Kepala Bidang Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial Dinsos Kota Sukabumi Aang Zaenudin, Rabu (5/9).

Beberapa waktu lalu, Dinsos Kota Sukabumi menjangkau 18 anak jalanan. Dari belasan orang tersebut, hanya dua orang yang berasal dari Kota Sukabumi. Sementara sisanya berasal dari luar Sukabumi yakni Kabupaten Sukabumi, Bandung, Semarang, bahkan dari Palembang Sumatra Selatan (Sumsel).

Menurut Aang, anak-anak jalanan ini sengaja berkumpul di Sukabumi dan membentuk komunitas tersendiri. Dalam kesehariannya, anak jalanan ini hidup dan tidur di tempat umum yang membuat mereka betah tinggal seperti di sekitar area Gor Merdeka, Sukabumi.

Aang mengatakan anak jalanan di Sukabumi sebenarnya tidak masuk dalam pengertian anak jalanan yang ditetapkan. Dalam artian umum, kategori anak jalanan adalah anak dengan usia di bawah 18 tahun yang tidak mempunyai keluarga, tidak memiliki rumah, tidak ada wali, serta tinggal 24 jam di jalanan.

"Di Sukabumi ternyata anak jalan termasuk di antaranya anak punk punya keluarga dan sebenarnya tidak termasuk kategori anak jalanan," kata dia.

Mereka hanya masuk dalam kategori anak putus sekolah atau tidak disekolahkan. Anak tersebut, kata Aang, memang senang tinggal di jalanan dengan mengamen baik menggunakan alat musik, sekadar tepuk tangan, serta ada yang mengemis. Tindakan itu dilakukan karena mereka tertarik dengan penghasilan yang besar dengan cara tersebut.

Menurut Aang, kondisi ini menunjukkan adanya permasalahan sosial yang muncul karena mereka menikmati di hidup jalanan. "Kalau anak jalanan yang sebenarnya harus ditampung di panti dan diberikan keterampilan agar hidup mandiri," ujarnya.

Aang mengatakan dari anak jalanan yang dijangkau petugas semuanya menolak dikirim ke panti rehabilitasi. Mereka lantas berjanji akan kembali ke daerah masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement