REPUBLIKA.CO.ID, CIKANCUNG- Musim kemarau yang masih berlangsung berdampak pada kekeringan di sejumlah di wilayah Kabupaten Bandung. Tidak hanya itu, masyarakat menjadi sulit memperoleh air bersih seperti yang dialami oleh warga Kampung Ciluluk, Desa Ciluluk, Cikancung, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.
Kondisi tersebut dialami sejak Juli 2018. Jajat (36), warga Kampung Ciluluk mengatakan sejumlah sumur milik warga kering. Ia mengatakan, saat musim hujan ketinggian air sumur mencapai dua meter. Namun saat ini hanya 30 cm.
"Sekarang, saya ngambil air di mata air Ciluluk jaraknya 500 meter dari rumah," ujarnya, Selasa (4/9).
Ia mengaku dalam sehari biasa mengambil air ke jerigen sebanyak dua kali pada saat pagi dan sore hari. Menurutnya, meski hanya sedikit air yang diambil tetapi ia terpaksa melakukannya demi memenuhi kebutuhan air bersih di rumah dan untuk keluarganya.
Selain kesulitan air bersih di beberapa titik di Cikancung sering terjadi kebakaran lahan. Menurutnya, akibat kekeringan tempat tinggalnya gersang dan banyak debu berterbangan. Jika terhisap bisa membuat batuk dan menyebabkan penyakit pernafasan.
"Gersang, debu tanah juga berterbangan," ungkapnya.
Sebelumnya, Bupati Bandung Dadang M Naser mengungkapkan masyarakat yang berada di kawasan industri di Kabupaten Bandung saat ini mulai mengalami kesulitan air bersih. Beberapa daerah tersebut di antaranya Kecamatan Cikancung dan Kecamatan Majalaya.
"Dua bulan kemarau ini, ada laporan masyarakat kekurangan air. Mereka yang berada di sekitar pabrik di tiga kampung yang berada di Majalaya dan Cikancung," ujarnya.
Menurutnya, pihak pabrik biasanya memberikan air bersih kepada warga terdekat. Namun, berdasarkan laporan jumlah air yang diberikan tidak sebanding dengan masyarakat yang mengalami kekurangan air bersih.
Selain itu, ia menuturkan, pihaknya juga meminta kepada pemerintah provinsi untuk mengecek apakah pabrik-pabrik yang ada memasang sumur dengan dangkal atau dalam (artesis). Kalau dangkal katanya itu bermasalah.