Senin 03 Sep 2018 14:00 WIB

Mahfud MD Sarankan Para Sarjana Agar Jadi Cendekiawan

Bukan hanya pintar, tapi harus mulia hatinya.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Teguh Firmansyah
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Profesor Mahfud MD di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (3/9).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Profesor Mahfud MD di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Profesor Mahfud MD berpesan agar generasi muda tidak langsung puas dengan gelar sarjana. Hal ini diungkapkannya saat mengisi acara di Penerimaan Mahasiswa Baru (Pesmaba) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (3/9).

"Saya berharap yang masuk ke kampus ini jangan sekedar bercita-cita jadi sarana, jangan cukup sekadar itu. Harus jadi cendekiawan," ujar Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) di UMM, Senin (3/9).

 

Menurut Mahfud, mendapatkan gelar sarjana terlihat lebih mudah dibandingkan cendekiawan. Bekal pembelajaran menjadi sarjana dapat diperoleh dalam media apapun, termasuk pengetahuan dari itu internet. Belum lagi informasi hebat yang didapatkan dari buku maupun dosen selama kuliah.

 

"Tapi itu (pengetahuan dari internet dan kampus) tidak cukup untuk menjadi cendekiawan. Tidak bisa mengandalkan otak dengan fasilitas yang tersedia. Tidak

mudah memang," tegas Menteri Pertahanan era Kabinet Persatuan Nasional ini. 

 

Baca juga,  Mahfud MD Soal Kegagalannya dan Jalan Lain.

 

Mahfud menjelaskan, cendekiawan pada hakikatnya berarti sarjana yang sujana. Bukan hanya pintar tapi juga harus mulia hati dan baik budinya. Mereka di kelompok ini tidak boleh sombong dan tak mabuk kekuasaan. 

 

Mengenai cendekiawan, Mahfud memiliki tokoh idola yang berasal dari UMM seperti Abdul Malik Fadjar. Meski hebat, Menteri Agama era Habibie ini dikenal sebagai sosok sederhana dan bersahabat. Tak jarang, Mahfud bertemu dengan Malik Fadjar di warung kecil sembari menikmati makanan. 

 

"Dan beliau tidak apa-apa (makan di warung). Beda dengan menteri kebanyakan kalau pergi, harus dicek dulu hotelnya bintang lima atau tidak. Sebelum datang, sudah ada tim pengawalnya. (Mereka) sarjana tapi tidak punya sifat sujana," tambah dia.

 

Melihat hal ini, Mahfud sangat mendorong agar generasi muda tidak hanya mencerdaskan otak. Dalam hal ini apalagi jika dikaitkan dengan tujuan berdirinya Indonesia dalam UUD 1945. Negara pada dasarnya harus mencerdaskan kehidupan bangsa bukan otak semata. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement