Senin 03 Sep 2018 09:54 WIB

Mengingat Lombok di Tengah Gempita Pesta

Pemerintah harus mengantisipasi persoalan penyaluran bantuan.

Gita Amanda, wartawan Republika
Foto: Dokumen pribadi
Gita Amanda, wartawan Republika

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Gita Amanda*

Pesta olah raga Asian Games 2018 telah sampai puncaknya. pada Ahad (2/9), masyarakat Indonesia bahkan mungkin Asia berpesta merayakan usainya gelaran event olah raga terbesar Asia ini.

Meski hujan mengguyur deras, nyatanya antusiasme warga, khususnya yang berada dan dekat dengan ibu kota tetap tinggi. Mereka berbondong-bondong mengantre untuk ikut menjadi saksi penutupan perhelatan akbar tersebut.

Tapi ada yang berbeda dengan penutupan Asian Games 2018. Presiden Indonesia Joko Widodo tak lagi ''datang'' dengan sepeda motornya meliuk-liuk di gang sempit untuk sampai di GBK.

Presiden justru tampil di layar, bersama ratusan pengungsi di pengungsian Gunungsari, Kabupaten Lombok barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dengan mengenakan jaket merah dan ditemani Gubernur NTB, Jokowi meminta maaf karena tak bisa hadir langsung di penutupan. Ia sedang bersama para pengungsi. Berbagi sedikit momen kebahagian Asian Games dengan mereka yang masih berduka.

Di ujung pidato singkatnya di layar, Jokowi mengajak penonton untuk berdoa bagi saudara-saudara di Lombok. Agar Lombok kembali pulih.

Bukan hanya Jokowi yang menyampaikan doanya untuk Lombok. Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Presiden Association of National Olympic Committees (IOC) Sheik Ahmad Al-Fahad Al-Sabah juga menyelipkan doa untuk Lombok.

Setelah memuji keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Asian Games, Sheik Ahmad menyelipkan doa untuk Lombok. "Kami berdoa untukmu (pengungsi Lombok)," ujarnya.

Sebulan lebih telah berlalu pascagempa pertama mengguncang Lombok, pada 29 Juli 2018 lalu. Kini Pemerintah memang sedang gencar melakukan pembangunan kembali Lombok. Begitu pula sejumlah lembaga-lembaga bantuan. Mereka mulai membangun rumah-rumah hunian sementara yang lebih layak bagi para pengungsi.

Dompet Dhuafa salah satunya, yang berencana membangun 15 ribu rumah hunian sementara dengan desain tahan gempa. Presiden juga menyerahkan Rp 264 miliar untuk perbaikan 5.293 rumah di Lombok.

Bantuan yang mengalir ke Lombok memang luar biasa, jumlahnya bahkan mencapai miliaran rupiah. Dari pemerintah maupun berbagai lembaga bantuan. Namun yang masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) tentu masalah penyaluran.

Salah satu relawan di Lombok mengatakan, proses penanganan bencana di Lombok sebenarnya sudah berjalan baik. Bantuan yang datang juga mengalir tak sedikit. Tapi persoalannya berada pada aspek pengorganisasian dari Pemerintah. Jangan sampai kasus seperti bantuan menumpuk di kantor pos Mataram kembali terulang.

Semoga PR ini bisa segera terselesaikan dengan baik, dan para pengungsi bisa kembali hidup layak. Sebab jika lama dibiarkan ini akan memperberat beban psikologis mereka terutama anak-anak.

Seperti yang saya temui di laman Instagram @actforhumanity hari ini. Sebuah foto menampilkan kertas yang ditempel para pengungsi di sebatang pohon depan kamp pengungsian. Kerta itu bertuliskan, "Maaf, dagang eskrim dilarang masuk. Kami tidak punya uang. Jangan bikin anak kami menangis lagi”.

*) Penulis adalah redaktur republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement