REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghadapi musim kemarau yang diperkirakan masih akan terus terjadi hingga bulan September, Kementerian Pertanian telah menurunkan tim khusus ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi. Hal ini dalam rangka mempertahankan produksi pertanian, khususnya padi.
Pending Dadih Permana, selaku Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, mengatakan, tugas dan fungsi dari 'tim khusus yang telah bergerak sejak bulan Agustus lalu, untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait antara lain TNI, Kementerian PUPR serta Pemerintah Daerah setempat.
"Mereka melakukan pemetaan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari Bendung/Bendungan, serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang telah disepakati," ujar Pending Dadih, dalam keterangan tertulis, Sabtu (1/9).
Data di Ditjen Tanaman Pangan (13 Agustus 2018) Persentase puso di Pulau Jawa hanya mencapai 1.42 persen dan di luar Jawa 0.19 persen. Sehigga secara nasional lahan sawah terkena puso hanya 0.69 persen.
Dampak puso masih sangat kecil dibanding dengan luas tanam yang ada, sehingga tidak akan mengganggu produksi nasional.
Pending Dadih menjelaskan, rendahnya dampak puso pada tahun ini karena sudah diantisipasi sejak awal melalui bantuan Pompa Air ke petani serta kegiatan pembangunan Embung, Dam Parit, Long Storage, Pompanisasi, Perpipaan yang dapat menambah pasokan air bagi tanaman terutama di musim kemarau.
"Selain itu perbaikan saluran irigasi tersier untuk menjamin volume air cukup sampai pada lahan sawah yang berada di ujung saluran," kata dia.
Di Kabupaten Indramayu, melalui kegiatan sinergitas antar instansi terkait dan pengawalan gilir giring, serta pompanisasi irigasi, dapat menyelamatkan lahan sawah yang terancam kekeringan seluas 1.329 ha di Kecamatan Losarang, sementara di Kecamatan Kandanghaur terselamatkan lahan sawah seluas 445 ha.
Menurut Dadih, secara umum permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari Bendung/Bendungan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemeliharaan bendung dan saluran irigasi serta penggunaan bendung untuk kepentingan lain.
"Pada tingkat pengaturan debit air, penyusunan rencana pengalokasian air dilaksanakan masih berdasarkan asas pemerataan per bangunan, belum fokus pada upaya penyelamatan tanaman yang kondisinya menjelang puso," tutur Pending Dadih.
Pada sebagian titik, infrastruktur bangunan air kondisinya sudah rusak. Serta sedimentasi tinggi pada saluran pembawa (irigasi). "Belum sepenuhnya sinergi diantara instansi terkait dalam upaya menangani kekeringan" ujarnya.
Sementara Rahmanto, selaku Direktur Irigasi Pertanian menjelaskan, bahwa Ditjen PSP sudah membentuk posko penanganan kekeringan dan menurunkan tim khusus pada beberapa wilayah yang terkena kekeringan antara lain di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Boyolali.
"Apabila terjadi kekeringan pada tanaman dapat menghubungi No HP 08128498158", ujar Rahmanto.