Rabu 29 Aug 2018 15:52 WIB

Trump: Cina Retas Email Hillary Clinton

Surel Hillary tersebar ketika sedang berkontestasi melawan Trump.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuding Cina sebagai aktor yang meretas email atau surel milik Hillary Clinton pada momen pilpres 2016. Namun Trump tak membeberkan bukti apapun mengenai tuduhan tersebut.

"Email Hillary Clinton, yang banyak di antaranya adalah informasi rahasia, diretas oleh Cina. Langkah berikutnya sebaiknya dilakukan FBI (Biro Investigasi Federal) dan DOJ (Departemen Kehakiman) atau setelah kesalahan mereka yang lain (Comey, McCabe, Strzok, Page, FISA, Dirty Dossier, dll). Kredibilitas mereka akan hilang semuanya," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya pada Rabu (29/8).

Surel pribadi dan rahasia milik Hillary tersebar ketika dia tengah berkontestasi melawan Trump dalam pilpres AS tahun 2016. Dokumen-dokumen itu dibocorkan melalui situs Wikileaks. Situs yang didirikan Julian Assange itu juga membocorkan surel milik ketua tim kampanye Hillary semasa pilpres 2016, John Podesta.

Baca juga, Trump Marah ke Google karena Selalu Diberitakan Negatif.

Tersebarnya surel-surel pribadi dan rahasia milik Hillary disebut-sebut sebagai salah satu penyebabnya kalah dalam memperebutkan kursi presiden AS. Namun penyelidikan tentang dalang di balik peretasan mengarah kepada Rusia.

AS telah mendakwa 12 perwira intelijen Rusia pada Juli lalu. Mereka dituduh meretas jaringan komputer milik Hillary dan Partai Demokrat. Penyelidikan terkait kasus ini masih berlangsung. Adapun tokoh yang memimpinnya adalah penasihat khusus Departemen Kehakiman AS Robert Mueller.

Saat ini penyelidikan mengarah pada dugaan kolusi antara tim kampanye Trump semasa pilpres 2016 dengan Rusia. Trump telah berulang kali menyatakan,  penyelidikan itu sarat kepentingan dan memintanya segera dihentikan.

Namun dugaan tentang adanya kolusi antara tim kampanye Trump dengan Rusia semakin menguat ketika Trump memecat James Comey sebagai direktur FBI.

Pemecatannya terbilang kontroversial karena dilakukan ketika Comey tengah memimpin penyelidikan tentang dugaan kolusi antara tim kampanye Trump dengan Rusia.

Ketika dipecat oleh Trump, Comey sedang mengusut kemungkinan keterlibatan penasihat keamanan nasional Michael Flynn dalam skandal tersebut. Comey sendiri telah memberikan kesaksian di depan Komite Intelijen Senat AS terkait pemecatannya. Ia mengaku bahwa Trump meminta kesetiaan dan loyalitasnya sebagai direktur FBI dan menghentikan penyelidikan terhadap Flynn.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement