REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perempuan paruh baya terlihat sedang menyebrang di zebra cross dari arah Bank Indonesia menuju halte busway di seberangnya. Keriput di wajahnya tidak menyiratkan tanda-tanda kelelahan.
Namanya, Yati. Sehari-hari ia berjualan nasi rames di dekat Bank Indonesia. Bus Transjakarta menjadi transportasi andalannya untuk menuju rumahnya di Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Agar bisa sampai ke halte busway di depan Bank Indonesia itu, setiap hari ia tempuh dengan berjalan kaki. "Nggak ngerasa capek, lagian jaraknya juga dekat kok," kata Yati.
Sejak adanya zebra cross dan akses masuk/keluar menuju halte busway yang baru, Yati merasa semakin terbantu. Sebab, akses ini tidak perlu menggunakan tangga seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang sebelumnya menjadi akses satu-satunya menuju halte busway.
Menurut Yati, akses yang baru ini sangat efektif. Khususnya dalam hal tenaga. Sebab, jika menggunakan JPO ia kerap merasa kelelahan ketika harus naik-turun tangga. Untuk masalah keamanan sendiri, dia merasa sudah cukup baik.
"Soalnya kan sudah ada lampu merah juga di sekitar situ. Jadi pas lampu merah dan kendaraan berhenti, saya bisa nyebrang dengan tenang," jelas perempuan berusia 70 tahun tersebut.
Hal yang sama juga diungkapkan Siti, salah satu pegawai Bank Mandiri di Jalan MH Thamrin tersebut. Menurutnya, kehadiran akses menuju halte busway yang baru lebih mempercepat waktunya.
"Keluar kantor tinggal nyebrang aja. Terus jalannya juga lebih landai. Nggak perlu naik-turun tangga," tutur perempuan berkacamata itu.
Namun, pendapat yang berbeda disampaikan oleh Dodi. Ia mengatakan, justru lebih aman dan efisien jika menggunakan JPO ketimbang zebra cross.
"Kadang masih suka ada motor yang berhenti di zebra cross. Pejalan kaki yang mau nyeberang jadi kesusahan," ungkap pria berusia 38 tahun tersebut.
Kepala Humas Transjakarta, Wibowo mengungkapkan, akses melalui zebra cross dan jalan yang lebih landai tersebut bertujuan untuk mempermudah akses, khususnya bagi pelanggan bus Transjakarta dan penyandang disabilitas.
"Ini komitmen bersama untuk menyediakan akses yang mudah, aman, dan nyaman bagi masyarakat, terutama penyandang disabilitas yang akan menggunakan bus Transjakarta," jelas Wibowo kepada Republika.co.id ketika dihubungi, Senin (27/8).
Ia juga menambahkan, akses tersebut mulai digunakan sejak awal Agustus 2018 lalu. Meski begitu, akses masuk/keluar melalui JPO tetap bisa digunakan oleh para pengguna jasa bus Transjakarta.
Sore itu terlihat beberapa penumpang bus Transjakarta masih masuk atau keluar menggunakan akses melalui JPO. Walaupun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan penumpang yang menggunakan akses zebra cross tersebut.