Senin 27 Aug 2018 16:01 WIB

Indonesia Sharing Produksi Vaksin dengan Maroko dan Tunisia

Bio Farma merupakan produsen vaksin yang telah diakui oleh OKI.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
'Strengthening Indonesia-Morocco–Tunisia Development Cooperation Through Reverse Linkage (RL) Program' yang diselenggarakan pada 27 sampai 30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung.
Foto: ist
'Strengthening Indonesia-Morocco–Tunisia Development Cooperation Through Reverse Linkage (RL) Program' yang diselenggarakan pada 27 sampai 30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dipercaya untuk berbagi pengetahuan mengenai produksi vaksin kepada Maroko dan Tunisia. Hal itu dilakukan dalam program 'Strengthening Indonesia-Morocco–Tunisia Development Cooperation Through Reverse Linkage (RL) Program' yang diselenggarakan pada 27 sampai 30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung.

Kegiatan RL ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional-PPN /BAPPENAS dengan Badan POM Kementerian Kesehatan, serta Bio Farma melalui program Reverse Linkage bersama Islamic Development Bank (IsDB).

Program diikuti perwakilan dari Kementerian Kesehatan Tunisia, Institute Pasteur de Tunis, Direktorat obat dan Farmasi Kementerian Kesehatan Maroko, Insitute Pasteur du Maroc, Badan Kefarmasian (Agence Marocaine d’Industrie Pharmaceutique) Maroko.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, kegiatan berbagi pengetahuan itu merupakan upaya pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan nasional. Tujuannya agar kerjasama pembangunan dapat berjalan.

"Jadi kegiatan ini untuk menjembatani Bio Farma melakukan kerjasama dengan Maroko dan Tunisia," katanya di Gedung Bappenas, Jakarta, Senin, (27/8).

Isu Kehalalan Vaksin MR Bukan Lagi Masalah

photo
'Strengthening Indonesia-Morocco–Tunisia Development Cooperation Through Reverse Linkage (RL) Program' yang diselenggarakan pada 27 sampai 30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung.

Dalam pertemuan itu Bappenas juga akan memaparkan materi mengenai kebijakan pengembangan kesehatan di Indonesia, termasuk sharing mengenai kebijakan kesehatan dan farmasi di Maroko. Selanjutnya, akan ada kunjungan ke Badan POM dan Kementerian Kesehatan.

Direktur Utama Bio Farma M Rahman Roestan menjelaskan, Maroko dan Tunisia merupakan anggota dari organisasi kerjasama Islam (OKI). Maka dalam jangka panjang perlu mempersiapkan diri untuk kemandirian produksi vaksin di negara anggota OKI.

"Mereka tertarik untuk meningkatkan kemampuannya dalam pengembangan vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksin domestik dinegaranya. Indonesia dan IsDB melalui Program Reverse Linkage berkomitmen untuk mendukung pengembangan Maroko dan Tunisia di sektor Farmasi,” kata dia.

Saat ini, kata dia, Bio Farma merupakan produsen vaksin yang telah diakui oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada Desember 2017, Konferensi Menteri Kesehatan ke-6 OKI di Jeddah juga telah mengesahkan status Indonesia sebagai Pusat Keunggulan pada Produk Vaksin dan Bio-teknologi atau “Center of Excellence on Vaccine and Bio-technology Product”.

"Sebagai negara yang leading dalam memproduksi vaksin, Indonesia sangat berkomitmen untuk membantu negara-negara berkembang lainnya. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang pengembangan vaksin," ucap Rahman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement