Senin 27 Aug 2018 07:04 WIB

Ukhuwah di Tanah Haram

Berbagi roti, buah, air dan hal terbaik lainnya.

Ani Nursalikah
Foto: dok. Pribadi
Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ani Nursalikah*

Usai puncak haji, raut-raut kelegaan tampak di antara jamaah haji di Makkah, Arab Saudi. Terpancar pula ketenangan dari wajah mereka.

Ya, tiga juta jamaah telah menyelesaikan rangkaian ibadah haji. Dari jumlah tersebut, jamaah Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara yang mengirim jamaah paling banyak dengan 221 ribu jamaah.

Puncak ibadah haji dimulai dengan wukuf di Arafah pada 20 Agustus lalu. Di Arafah jamaah menghabiskan waktu dengan bermunajat, memohon ampun, membaca Alquran, berzikir, mendengarkan khutbah wukuf, rangkaian ibadah lainnya.

Prosesi wukuf sempat diwarnai angin kencang yang merusak sejumlah tenda. Jamaah Indonesia sempat panik dan berhamburan keluar tenda meneriakkan tahlil dan takbir.

Namun, alhamdulillah tidak ada tenda jamaah Indonesia yang ambruk. Semua jamaah selamat.

Usai wukuf, jamaah kemudian melaksanakan mabit, melontar tiga jumrah, dan tawaf ifadah hingga tahalul. Sebuah ritual yang sangat melelahkan dan menguras energi.

Tahalul adalah akhir dari ritual haji yang membebaskan mereka dari hal-hal yang dilarang selama haji. Semua jamaah sama dan bersatu.

Semua Muslim menganggap diri mereka anggota dari keluarga yang sama. Mereka telah mengalami tantangan fisik dan mental bersama sehingga memupuk rasa persaudaraan lebih erat. Ada kesatuan dan kesetaraan dalam semua tindakan, rasa persaudaraan yang meresap, dan sekarang kesatuan setelah potong rambut.

Ikatan ukhuwah sesungguhnya bukan hanya terbentuk ketika ibadah haji rampung. Tengoklah kisah Imam Hambali asal Ploso, Nganjuk, Jawa Timur. Lelaki 75 tahun tersebut merasakan sentuhan persaudaraan saat berada di terowongan Mina setelah menyelesaikan lontar jumrah.

Telapak kaki kiri guru Madrasah Tsanawiyah Ponpes Sabilil Muttaqin, Kauman, Nganjuk itu lecet dan melepuh. Tanpa diduga tiga orang jamaah Suriah berbadan tegap dan besar menawarkan bantuan untuk menggendongnya.

Meski sempat menolak, Imam akhirnya luluh dengan desakan ketiganya. Salah satu jamaah Suriah itu memanggulnya di atas pundak. Maka sampailah ia di ujung terowongan untuk mendapatkan perawatan.

Setiap musim haji, masyarakat setempat Saudi berlomba-lomba menyuguhkan yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Semuanya demi jamaah haji yang datang ke Tanah Suci.

Ada yang menyediakan sarapan gratis bagi jamaah. Biasanya warga yang membawa mobil menepikan mobilnya begitu saja di lokasi yang terdapat banyak jamaah haji.

Mereka lantas memanggil jamaah dan membagikan roti kari atau aneka buah pada jamaah. Tanpa dikomando, jamaah seketika mendekat.

Kerap ditemui juga warga yang membagi-bagikan air mineral pada jamaah haji di jalan-jalan, Bahkan di waktu puncak haji, keranjang besi besar beroda berisi ratusan botol air mineral dingin digeletakkan begitu saja di jalanan.

Jamaah bisa mengambil minuman tersebut berapa pun yang mereka inginkan. Meski begitu, banyak jamaah mengambil minuman seperlunya saja.

Sejatinya, saat semua jamaah berkumpul di Tanah Suci, sekat perbedaan melebur. Semua manusia sama di hadapan Allah SWT. Persamaan itu kasat mata dalam bentuk dua lembar kain ihram yang membungkus tubuh.

Jenderal, pedagang asongan, pedagang, pejabat, semua sama hanya mengenakan pakaian ihram. Hanya ketakwaanlah yang membedakan manusia dengan manusia lainnya.

Senin, 27 Agustus menjadi hari yang mengawali kepulangan jamaah haji Indonesia ke Tanah Air. Jamaah haji gelombang pertama akan dipulangkan bertahap hingga 8 September.

Sedangkan jamaah gelombang kedua bertolak ke Madinah untuk menjalankan shalat arbain di Masjid Nabawi. Jamaah akan menghabiskan waktu selama delapan hingga sembilan hari.

Di saat menunggu waktu kepulangan, hari-hari jamaah haji di Makkah diisi dengan ibadah di Masjid al-Haram, berziarah ke situs-situs bersejarah, dan bahkan berwisata. Semoga semua doa yang dilangitkan jamaah diijabah oleh Allah SWT. Saya pun berharap semua jamaah haji Indonesia pulang ke rumah menyandang haji mabrur.

*) Penulis adalah redaktur republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement