REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratna Sarumpaet menegaskan, diskusi yang direncanakan di Bangka Belitung (Babel) tetap akan dilanjutkan. Dia pun mengaku sudah sampai di lokasi dan siap untuk berdiskusi bersama masyarakat Babel.
"Iya tetap lanjut," kata Ratna ketika dihubungi Republika, Sabtu (25/7).
Terhadap pihak-pihak yang melakukan penolakan, Ratna mengaku baru saja bertemu. Justru terlihat di mata Ratna, bahwa mereka terlihat polos dan tidak terlihat ada penolakan seperti yang ramai diberitakan. "Tadi mereka yang menolak sudah ketemu saya, malah manggut-manggut saja, salaman juga," terang Ratna.
Melihat respons masyarakat, Ratna meyakini ada yang memprovokasi mereka untuk melakukan penolakan. Justru, kata dia, bisa jadi ini rekayasa dari aparat kepolisian sendiri.
"Kalau saya melihat ini rekayasa aparat saja. Saya kan mewakili rakyat janganlah aparat memecah belah, kan mereka mau mendengarkan saya bicara, kalau memang ada yang keberatan masuk aja dengarkan dulu, ini cuma diskusi doang," paparnya.
Saat ditanyakan mengenai materi diskusi, Ratna menegaskan berkaitan dengan UUD 1945 dan Pancasila. Karena menurutnya, saat ini Pancasila seolah telah hilang dari UUD 1945. Sehingga melalui diskusi tersebut Ratna ingin kembali menyampaikan dan mengingatkan masyarakat.
"Bangsa ini hancur karena Pancasila sudah tidak ada di UUD 45, itu sebenarnya point yang ingin saya ingatkan pada rakyat. Supaya kita sama-sama memperjuangkan," ungkapnya.
Dengan harapan, kata dia, rakyat akan paham bahwa Indonesia saat ini masih tengah dijajah oleh bangsa lain. "Karena itu kita harus dikembalikan kalau tidak, kita akan dijajah terus," tegasnya.
Tapi mereka yang hendak menjadi capres cawapres, lanjut Ratna, justru ketakutan. Padahal diskusinya tidak ada kaitan. Jika pun mereka tetap khawatir terkait dugaan akan disusupi dengan unsur politik dalam diskusi tersebut, berkaitan dengan 2019 ganti presiden, seharusnya pun tidak perlu dipermasalahkan."Memangnya kenapa kalau ganti presiden? Sekarang kita akan menghadapi pemilihan umum jadi kemungkinan ganti presiden itu akan ada," terang Ratna.
Perbedaan pendapat dalam memilih menurutnya wajar di negara demokrasi. Namun mengapa, justru didramatisir seolah-olah akan terjadi peperangan.
"Apa yang salah, yang sana ngotot dua kali ya kita tidak marah, sekarang kita bilang enggak ah kita ganti, kok kita dimarahin. Come on ini kita menggunakan demokrasi yang sudah cukup baik kenapa musti pusing," terangnya.
Baca juga, Polisi Ancam Bubarkan Acara Diskusi Rocky dan Ratna.
Sebelumnya, Kepolisian Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tidak mengeluarkan izin atas diskusi yang akan diisi oleh Ratna Sarumpaet dan Rocky Gerung di Babel, pada hari ini, Sabtu (25/8). Jika acara tetap berlangsung, maka kepolisian siap untuk membubarkan.
"Kalau tidak ada izin, polisi sesuai dengan kewenangannya maka akan melakukan pembubaran," kata Kabid Humas Polda Kepulauan Babel, AKBP Abdul Mun'im saat dikonfirmasi, Sabtu (25/8).
Mun'im memaparkan, kepolisian tidak mengeluarkan izin karena berdasarkan pertimbangan yang ada. Pasalnya masyarakat Babel, kata ia, menolak adanya kegiatan tersebut yang rencananya akan dilangsungkan di Warung Umah Ubi Atok Kulop, Pangkal Pinang.
Penolakan masyarakar, karena menganggap diskusi tersebut dipenuhi dengan unsur politik, yakni #2019gantipresiden. Sehingga kepolisian tidak ingin dengan adanya diskusi tersebut justru menimbulkan gesekkan di Babel. "Babel kan sudah kondusif, masyarakat Babel juga terkenal dengan keberagaman jadi masyarakat tidak menghendaki adanya yang dianggap provokator itu. Bisa dibaca spanduknya," kata dia.