REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Stok beras yang tersimpan di gudang Bulog Sub Divre Indramayu aman hingga beberapa bulan ke depan. Petani pun menolak impor beras karena sedang panen raya.
"Stok beras di Bulog Indramayu cukup sampai Desember 2018," ujar Kepala Bulog Sub Divre Indramayu, Anwar Kurniawan kepada Republika.co.id, Kamis (23/8).
Anwar menyebutkan, saat ini, realisasi dari target penyerapan oleh Bulog Indramayu mencapai 35 ribu ton. Sedangkan target prognosa pada tahun ini mencapai 84 ribu ton.
Anwar mengakui, realisasi penyerapan saat ini masih belum mencapai target. Namun, pihaknya terus menggenjot penyerapan setiap harinya. Penyerapan itu terus dilakukan setiap hari meski harga gabah di lapangan jauh lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP).
Baca juga, Impor Beras Jelang Panen, Petani: Kami Menolak
Berdasarkan informasi dari Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, harga gabah di tingkat petani saat ini rata-rata mencapai Rp 5.000 per kg untuk gabah hasil panen April-Mei 2018. Sedangkan harga gabah dari hasil panen yang sedang berlangsung, mencapai Rp 5.000-5.200 untuk gabah kering panen (GKP) dan Rp 6.000 per kg untuk gabah kering giling (GKG).
"Dari segi harga, petani sedang menikmati harga yang lumayan tinggi meski belum ideal," tutur Sutatang.
Selain dari harga, lanjut Sutatang, petani juga tengah menikmati produksi yang cukup tinggi. Saat ini, hasil panen rata-rata mencapai 6,2 ton per hektare.
Untuk itu, Sutatang menolak dengan tegas keputusan pemerintah untuk kembali mengimpor beras. Pasalnya, stok beras saat ini dinilai cukup seiring dengan musim panen raya yang sedang berlangsung.
"Keputusan impor itu menunjukkan pemerintah tidak ada kepedulian kepada para petani," ujar Sutatang.