Kamis 23 Aug 2018 18:37 WIB

Hijab Indonesia yang Makin Dilirik Dunia

Indonesia bertekad jadi kiblat busana Muslim dunia.

Rep: Mutia Ramadhani, Christiyaningsih/ Red: Irwan Kelana
Busana berhijab atau modest wear diprediksi akan menjadi potensi bisnis yang menggiurkan.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Busana berhijab atau modest wear diprediksi akan menjadi potensi bisnis yang menggiurkan.

REPUBLIKA.CO.ID, Industri halal makin menjanjikan. Direktur Halal Life Center Sapta Nirwandar menyebut,  setidaknya ada 10 sektor menjanjikan dari industri halal ini. Contohnya, makanan, perbankan atau keuangan, wisata halal, kosmetik dan fashion.

Contoh lainnya, obat-obatan; juga, musik, kesenian, atau industri kreatif lainnya. “Salah satu potensi industri halal Indonesia adalah fashion Muslim. Baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor,” kata Sapta Nirwandar beberapa waktu lalu.

Dosen Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya Kumara Sadana Putra mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi kutub fesyen kelima di dunia pada 2025. Ia melihat tren fashion di Indonesia, terutama hijab, dilirik dunia, khususnya negara-negara ASEAN dan Timur Tengah.

"Dalam konteks ini (fesyen hijab) nantinya akan berdampak positif ke industri terkait lainnya, khususnya produk-produk gaya hidup buatan Indonesia," kata Kumara dalam Workshop e-Smart Industri Kecil Menengah (IKM) yang digelar Kementerian Perindustrian di Kuta, Bali, Selasa (5/6).

Fesyen dunia saat ini berkiblat ke empat kota, yaitu Paris (Prancis), Milan (Italia), London (Inggris), dan Los Angeles (Amerika Serikat). Indonesia, sebut dosen lulusan Business Design di Domus Academy, Milan, ini tak lama lagi akan menjadi yang kelima.

Pasar untuk kebutuhan gaya hidup Muslim memang menarik. Dalam laporan yang dibuat Reuters bekerja sama dengan DinarStandard, "State of the Global Islamic Economy Report", konsumen Muslim menghabiskan kurang lebih 243 miliar dolar AS untuk pakaian di tahun 2015. Khusus untuk busana Muslim saja angkanya tahun itu mencapai 44 miliar dolar, atau 18 persen dari keseluruhan.

Dikutip dari Forbes, angka belanja Muslim untuk pakaian diprediksi akan mencapai 268 miliar dolar AS di tahun 2021. Atau meningkat 51 persen dari tahun 2015.

Kiblat busana Muslim dunia

Besarnya potensi bisnis busana Muslim mendorong Indonesia untuk mengambil bagian yang sangat signifikan. Indonesia menargetkan untuk menjadi kiblat busana Muslim dunia pada tahun 2020.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia sangat berpotensi menguasai industri fashion Muslim dunia.

 

Indonesia juga merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sebagai pengekspor fashion Muslim terbesar di dunia, setelah Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan. “Sehingga, sangat layak bagi Indonesia untuk dapat menjadi kiblat fashion Muslim di dunia pada 2020,” kata Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu.

Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengemukakan, untuk menjadi kiblat mode Muslim dunia, ekspor produk Muslim Indonesia harus menjadi yang tertinggi di dunia. Sayangnya, kode Harmonized System (HS) produk fashion tidak berbeda dengan produk non-Muslim saat diekspor.

"Nah, ini dia, kami ingin usulkan pemisahan HS untuk produk fashion Muslim untuk mengetahui nilai ekspornya. Sekarang kan ekspor kita dinilai di bawah Bangladesh, Pakistan, dan negara lain, padahal tidak juga," ujar Gati.

Menurut data Kementerian Perdagangan, pada periode 2011-2015 nilai ekspor produk busana Muslim menunjukkan kenaikan sebesar 8,15 persen. Pada 2015 volume ekspor busana Muslim mencapai 4,57 miliar dolar AS.

 

Penggagas Indonesia Hijabfest Sheena Krisnawati  yakin Indonesia akan menjadi kiblat busana Muslim dunia pada 2020. Keyakinannya didasari kreativitas seluruh pihak yang semakin berkembang di industri hijab Indonesia.

"Baik pemakai hijab maupun para pewirausaha sudah sangat bersinergi. Setiap kali para desainer membuat rancangan busana kreatif langsung disambut hangat oleh masyarakat," ujar Sheena.

Menurut ia, peningkatan jumlah hijaber atau Muslimah yang berhijab di Indonesia juga mendukung perkembangan industri tersebut. Produk hijab, baik busana maupun aksesorisnya otomatis menarik banyak peminat, bahkan dari kalangan yang tidak berhijab.

Sheena mengatakan, jalan menuju realisasi target tersebut bukan tanpa tantangan. Ada persaingan ketat dengan retailer berskala besar kelas dunia seperti Bershka, Zara, atau Stradivarius yang juga mengeluarkan koleksi serupa busana Muslimah dengan harga terjangkau.

Solusi dari tantangan tersebut, ujar Sheena, ialah peningkatan kualitas. Ia berharap pula pemerintah bisa memfasilitasi kerja sama wirausahawan busana Muslim Indonesia dengan negara lain untuk saling mengisi. Ia memperkirakan, terdapat 10-20 negara yang bisa diajak bersinergi.

Desainer busana Muslim, Jenahara Nasution mengatakan rencana menjadi kiblat busana Muslim dunia tahun 2020 masih menjadi PR besar bagi Indonesia. Karena menurut Jenahara untuk menggapai tujuan itu bukanlah kerja satu orang, melainkan kerja seluruh warga Indonesia.

Bukan hanya kerja desainer, tapi juga kerja wartawan, pemerintah dan lainnya. "Kita harus sama-sama sesuaikan visi. Harus jadikan sebagai tujuan akhir kita. Kita sama-sama dukung dan market lokal antusias serta bangga pakai produk lokal," ujarnya.

Hijab di dunia maya

Makin besarnya perhatian terhadap industri busana Muslim (hijab) Indonesia juga bisa dilihat dari lalu lintas di   dunia maya. Hal itu terungkap lewat data Google yang dirilis pada pertengahan tahun ini.

Analis Industri di Google Indonesia Arianti Dwijayanti mengungkapkan saat ini dalam hal hijab, 48 persen warganet mencari soal fesyen hijab. Sementara itu 32 persen mencari tutorial hijab, 13 persen mencari tren hijab saat ini, dan tujuh persen mencari style hijab. "Di Indonesia tren pencarian hijab di Internet sudah mulai naik sejak 2011 dan mencapai puncaknya pada 2014," ungkap Arianti kepada Republika.co.id belum lama ini.

Pada 2014, warganet masih berkutat pada pencarian tutorial basic hijab. Kini ketika mereka sudah paham cara memakai hijab, kata kunci pencarian pun bergeser ke arah fesyen hijab. YouTube, platform berbagi video yang dinaungi Google pun mencatat tren tersendiri. Menurut Arianti hingga sekarang sudah ada 500 ribu konten soal hijab yang bisa ditemukan di YouTube. Sebanyak 70 persen penontonnya berasal dari generasi milenial.

Kondisi tersebut mencerminkan betapa hijab sudah menjadi tren berbusana yang semakin digemari. Apalagi hijab juga punya panggung di gelaran mode internasional seperti New York Fashion Week dan London Fashion Week. "Kehadiran hijab di New York Fashion Week pasti akan punya pengaruh dalam memunculkan pencarian di YouTube," ujarnya.

Menanjaknya pamor hijab pun ikut menaikkan tren-tren turunannya seperti tutorial make up untuk yang berhijab, produk kosmetik, perawatan rambut berhijab, hingga drama dan lagu religi. Maka tak heran saluran-saluran YouTube tutorial seperti Kiara Leswara atau Ini Vindy ramai dikunjungi warganet.

 

Berdasarkan pantauan Google, saat ini ada tiga saluran berkonten hijab dan turunannya yang paling banyak meraup penonton. Ketiganya adalah Natasha Farani, Hijup, dan Ini Vindy. "Dalam lima tahun ke depan hijab sudah menjadi bagian dari fesyen. Pencarian makin berkembang bukan hanya pada tutorial berhijab tetapi bagaimana caranya agar tetap cantik saat berhijab," jelas Arianti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement