Kamis 23 Aug 2018 18:23 WIB

Produksi Beras di Sumbar tak Terdampak Kekeringan

Bulog pastikan pasokan aman untuk delapan bulan ke depan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Gita Amanda
Bulog Sumbar. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Bulog Sumbar. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Perum Bulog Divre Sumatra Barat menyatakan produksi beras di Sumatra Barat di tingkat petani tidak terdampak musim kemarau. Kepala Divre Sumbar Perum Bulog, Suharto Djabar, menjelaskan bahwa petani di Sumbar tidak mengikuti musim tanam padi seperti daerah-daerah lain di Indonesia.

Apalagi sistem pengairan di Sumbar berjalan cukup bagus. Masa tanam dan panen yang tidak seragam, lanjut Suharto, membuat masa panen padi di Sumbar pun bisa terjadi setiap bulan.

"Karena di Sumbar panen itu bisa setiap bulan, maka produksi padi kita tidak surut saat ini. Distribusi beras ke daerah lain saya rasa juga cukup. Serapan ke Bulog juga baik, dan cadangan gudang kita aman," jelas Suharto, Kamis (23/8).

Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menargetkan angka produksi beras tahun 2018 bisa menyentuh 2,8 juta ton. Angka ini naik dibanding realisasi produksi beras di Sumbar tahun 2017 sebanyak 2,77 juta ton. Suharto menyebutkan, angka produksi beras di Sumbar relatif aman dari musim kemarau karena acaknya masa tanam dan panen.

"Untuk cadangan di Bulog pun, kami ada 20 ribu ton dan aman untuk 8 bulan ke depan," ujar Suharto.

Menanggapi dibukanya keran impor beras hingga satu juta ton oleh pemerintah, Suharto menjelaskan bahwa hal itu merupakan langkah antisipatif untuk menghadapi risiko gagal panen. Sumbar pun, lanjutnya, kemungkinan juga kecipratan beras impor yang masuk ke Indonesia. Meski begitu, pada prinsipnya Sumbar merupakan daerah dengan angka produksi beras yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri.

"Itu pengaturannya di pusat. Lebih untuk persiapan kena puso kan bisa jadi kena hari ini, minggu depan, atau bulan depan. Itu disiapkan untuk seluruh Indonesia," katanya.

Mekanisme penanaman padi di Sumbar memang tidak menganut musim panen. Di Kabupaten Solok misalnya, pata petani melakukan penanaman dan panen padi di waktu yang berbeda-beda, bergantung kemauan masing-masing petani. Sistem tanam dan panen yang beragam ini sudah berjalan selama 20 tahun belakangan sejak alat bajak sawah muncul. Bila dulu musim panen hanya dua kali setahun, kini petani padi bisa memanen hingga tiga kali dalam satu tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement