REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Susana Yembise mengatakan perhatian kepada lanjut usia (Lansia) selain kepada perempuan, anak dan penyandang disabilitas merupakan salah satu indikator negara maju.
"Di luar negeri, lansia diberdayakan dan diperhatikan. Di Indonesia, masih terkesan dinomorduakan," kata Yohana dalam Sosialisasi Model Perlindungan Lanjut Usia yang Responsif Gender di Jakarta, Kamis (23/8).
Dia mencontohkan apa yang dilihatnya di Australia. Menurut dia, setiap akhir pekan para lansia memiliki kegiatan menghadiri klub-klub yang didirikan untuk mereka.
"Di akhir pekan, bus-bus penuh dengan lansia dan mereka naik secara gratis. Ternyata mereka mau menuju klub-klub yang diadakan khusus untuk lansia," ujar Yohana.
Di klub-klub tersebut, para lansia memiliki banyak kegiatan yang bisa menghibur mereka. Tidak jarang, mereka membawa hadiah setiap kali pulang dari klub-klub tersebut.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Yohana Yembise.
Hal itu jauh berbeda dengan Indonesia. Yohana mengatakan lansia di Indonesia terkesan hanya untuk menjaga cucu karena anak-anaknya sibuk bekerja.
"Namun, masing-masing negara memang berbeda. Di luar negeri, anak 18 tahun sudah keluar rumah sehingga para lansia hidup sendiri sehingga harus mandiri. Di Indonesia, masih banyak orang tua yang tinggal bersama keluarganya," katanya.
Hal lain yang membedakan Indonesia dengan negara lain adalah keberadaan sarana dan prasarana. Di negara maju, sarana dan prasarana sudah lebih banyak yang ramah lansia dan penyandang disabilitas.