REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno mengakui banyak serangan di 'udara atau media sosial. Namun Eddy, tidak gentar dengan banyaknya serangan, karena pihaknya siap memenangkan pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di darat pada pemilihan presiden (Pilgpres) 2019 mendatang.
"Banyak serangan di media sosial, tapi pada akhirnya di darat kami akan memenangkan pertarungan. Ini tugas penting tim pemenangan," ujar Eddy saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (23/8).
Oleh karena itu, Eddy mengatakan, tim pemenangan Prabowo-Sandiaga akan dibuat lebih efesien untuk bisa memenangkan kontestasi Pilpres 2019. Salah satunya adalah dengan membuat tim pemenangan yang operasional berbasis teritorial. Dia berharap ketua tim pemenangan dapat mengemban tanggungjawab itu.
"Akan dibuat seefisien mungkin untuk memenangkan pertarungan politik itu. Percuma jika hanya memenangkan pertarungan di media sosial," kata Eddy.
Baca juga, LSI: Prabowo-Sandi Harus Lakukan Gebrakan Besar.
Sementara itu, Politikus Partai Gerindra, Habiburokhman mengatakan bahwa tim pemenangan secara formal Prabowo-Sandiaga dibuat ramping. Namun secara nonformal akan tampak gemuk, karena pihaknya juga menyasar kaum perempuan dalam hal ini ibu-ibu bukan hanya kaum milineal. Karena isu yang diusung oleh Prabowo-Sandiaga adalah isu ekonomi yang banyak dirasakan oleh ibu rumah tangga.
"Kalau secara formal kami buat lebih ramping. Tapi sebenarnya akan terlihat gemuk karena di sana ada emak-emak yang kita sasar," tutur Habiburokhman.
Hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, masih tertinggal jauh dari pasangan capres pejawat. Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan, pasangan Prabowo-Sandiaga harus melakukan gebrakan besar untuk meningkatkan elektabilitas.
Dalam survei terbaru LSI, pasangan Prabowo-Sandiaga Uno memiliki elektabilitas 29,5 persen. Sementara pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin memiliki elektabilitas 52,2 persen. Adjiemengatakan, pasangan penantang harus melakukan gebrakan besar jika melihat survei saat ini.
Sebab, masih ada sekitar 19,4 persen responden yang belum menentukan pilihan. Menurut dia, selisih dua digit antara pasangan penantang dan pejawat sulit untuk dikejar jika tim Prabowo-Sandiaga tidak bisa memainkan isu tepat saat kampanye.
"Gebrakan besar itu dari sisi isu harus ada isu yang sifatnya memang menyentuh pemilih mayoritas. Kemudian strategi pemenangannya juga harus dua hingga tiga kali lipat dibanding Jokowi, mesin partainya juga," katanya di Jakarta, Selasa (21/8).
Adjie mengatakan, bakal cawapres Sandiaga memiliki potensi dalam menggaet pemilih perempuan. Meski survei membuktikan pasangan pejawat masih unggul 20,2 persen, Sandiaga belum penuh menunjukan pengaruhnya.