Rabu 22 Aug 2018 17:29 WIB

Kekeringan di Purbalingga Meluas, Ribuan Warga Krisis Air

Kekeringan melanda hingga 74 desa di Purbalingga.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Wilayah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Purbalingga semakin meluas. Bila awal Agustus lalu hanya tercatat enam desa di tiga kecamatan yang warganya mengalami kesulitan air bersih, saat ini tercatat ada 74 desa di 12 kecamatan yang mengalami hal serupa.

Berdasarkan data di BPBD setempat, desa-desa yang mengalami dampak kekeringan tersebut, antara lain berada di wilayah Kekejobong, Kaligondang, Karangreja, Bobotsari, Kutasari, Bojongsari, Kertanegara, Karanganyar, Kemangkon.

Selain mengandalkan pasokan air bersih, warga juga melakukan berbagai upaya lain untuk mendapat air bersih. Upaya itu antara lain, dengan mengangsu (mengambil) air di sungai-sungai dengan cara membuat belik (kubangan di pinggir sungai).

Seperti warga di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar, warga mendapatkan air bersih dengan mengangsu di sungai yang mengalir di desa tersebut. ''Untuk mendapatkan air bersih, kita membuat kubangan di pinggir sungai. Air sungai yang tersaring masuk kubangan ini yang kita ambil,'' ujarnya.

Mereka yang merasa paling kesulitan, adalah warga yang di daerah sekitarnya tidak ada sungai mengalir. Kondisi tersebut antara lain dialami warga Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, yang berada di lereng Gunung Slamet. ''Karena sulit mendapat air bersih, warga hanya bisa mengandalkan pasokan dari pemerintah dan swasta atau kalau tidak ada, ya terpaksa beli air,'' kata Supandi, salah seorang warga.

Dia menyebutkan, selama ini warga Desa Kutabawa mengandalkan air bersih dari hujan. Tidak ada warga yang memiliki sumur, karena tidak akan mengeluarkan air.

Oleh karena itu, kebanyakan warga hanya bisa mengandalkan hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Air hujan itu ditampung dalam bak-bak penampungan di rumah warga. Dampaknya, ketika kemarau berlangsung tidak ada satu pun bak penampungan yang masih menyisakan air.

Sopandi juga menyebutkan, pemerintah daerah dan swasta memang sudah beberapa kali melakukan droping air. Namun pasokan air itu seringkali tidak mencukupi, sehingga warga harus membeli air dengan harga yang cukup mahal. ''Pada musim kemarau seperti sekarang, biaya hidup yang paling mahal, yang untuk beli air. Harga satu tangki air berkapasitas 100 liter, Rp 250 ribu,'' katanya.

Terkait dengan kondisi kekeringan itu, Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Purbalingga mengadakan program Polantas Peduli berupa penyaluran air bersih. Selasa (21/8) lalu, Satlantas Purbalingga bekerjasama dengan PMI dan PDAM melakukan droping air ke Desa Karangmalang Kecamatan Bobotsari. ''Kami telah menyalurkan enam tangki air bersih bagi warga Desa Karangmalang,'' kata Kasatlantas Polres Purbalingga AKP Sukarwan.

Adanya droping air ini, sangat disyukuri warga setempat. Plt Kepala Desa Karangmalang, Aris Mulyanto, mengaku sangat berterima kasih atas bantuan air bersih yang diberikan Satlantas Polres Purbalingga.

Dia menyebutkan, di desanya terdapat empat dusun dengan warga sebanyak 6.000 jiwa yang sudah terdampak kekeringan. ''Untuk itu, kami berharap droping bantuan air bersih ini bisa terus berlangsung hingga musim penghujan tiba,'' katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement