Rabu 22 Aug 2018 13:00 WIB

Khotbah Amien Rais Soal Pemimpin dan Ketidakadilan

Amien Rais menjadi khotib shalat Idul Adha di Masjid Agung Sunda Kelapa.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Muhammad Subarkah
Masjid Agung Sunda Kelapa
Foto: Republika/Prayogi
Masjid Agung Sunda Kelapa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksanaan salat Idul Adha 1439 H, Rabu (22/8) di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, dipimpin oleh Imam Syeikh Essam Al Mizgagi. Tampak pula Amien Rais yang ditunjuk sebagai khotib.

Dalam kotbahnya di mimbar, Amien Rais banyak menyinggung mengenai ketidakadilan yang terjadi di Indonesia. Baik dalam hal ekonomi, sosial, hukum, dan politik.

"Setelah 73 tahun merdeka sejak 1945, Indonesia masih terus menghadapi ketimpangan dan ketidakadilan hampir di semua sektor kehidupan masyarakat. Ketidakadilam sosial, ekonomi, hukum dan politik," ungkap Amien.

Ketidakadilan multidimensional tersebut, lanjutnya, dari waktu ke waktu justru semakin pelik dan akut. "Mungkin para penyelenggara negara dari masa ke masa belum mendalami dan menghayati betapa keadilan harus ditegakkan dan kedzaliman harus dilenyapkan," imbuhnya.

Tokoh Partai Amanat Nasional (PAN) itu menambahkan, penegakan keadilan harus menjadi agenda utama jangka panjang bangsa Indonesia dan para pemimpinnya. Sebab, dalam sila kedua dan kelima pada Pancasila sudah tertulis dengan jelas hal yang menyangkut keadilan.

"Sehingga tugas pokok pemerintah yang sedang berkuasa dengan dukungan rakyat adalah menggerakan keadilan dalam arti luas dan memerangi kedzaliman di berbagai bidang kehidupan secara sungguh-sungguh. Bukan malah membiarkan kedzaliman terhadap bangsa sendiri dengan berbagai kedok dan dalih. Misalnya, membiarkan penjarahan sumber daya alam kita oleh pihak asing dan aseng yang terjadi dewasa ini," papar Amien Rais.

Menurutnya, ketidakadilan yang terjadi membuat munculnya gelombang masyarakat Indonesia yang ingin adanya perubahan pada pemimpin nasional. Gelombang masyarakat itu dikatakannya datang dari berbagai lapisan masyarakat.

"Gelombang itu terus berjalam dan tidak dapat dihentikan karena merupakan perasaan serta keinginan sebagian besar bangsa Indonesia. Kita semua merasakan betapa sesak dan pengap kondisi ekonomi sosial kita sekarang," kata peraih gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago, Amerika Serikat itu.

Untuk melakukan sebuah perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, politik, kehidupan hukum yang berkeadilan, lanjut Amien, harus dimulai dari atas. "Sekali lagi, dari atas. Top down," tegasnya.

Menurutnya, seorang mukimin pantas menjadi pemimpin bagi segenap umat manusia yang berbeda agama, suku, ras, dan latar belakangnya. Sebab dalam agama islam melarang keras segala bentuk diskrimimasi atas dasar apapun.

"Maka tidak boleh terjadi, sebuah bangsa muslim yang jumlah penduduknya 80% lebih beragama islam dipimpin oleh mereka yang tidak ramah pada islam dan umatnya, yang membiarkan elemen-elemen islam ufukiah berkembang pesat di panggung nasional," jelas Amien.

Ia menghimbau kepada seluruh umat islam dan bangsa Indonesia pada umumnya untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi saat ini melalui penyiaran-penyiaran agama nasional. Tentunya yang sesuai dengan konstitusi dan demokrasi di negara ini.

"Tidak usah lewat demokrasi jalanan yang menguras energi bangsa dan dapat menimbulkan konflik sosial di bawah. Tapi cukup lewat prosedur konstitusional demokratis melalui pilihan rakyat atau pemilihan umum," tuturnya
 
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement