Rabu 22 Aug 2018 10:27 WIB

Menjemput Rezeki Sebelum Shalat Idul Adha di Istiqlal

Penjualan koran bekas dan kantong kresek tak seramai saat Idul Fitri.

Rep: Muslim AR/ Red: Andri Saubani
Total 26 ekor sapi dan 17 ekor kambing akan dipotong dalam rangka Idul Adha 1439 H di Masjid Istiqlal, Rabu (22/8).
Foto: Republika/Zahrotul Oktaviani
Total 26 ekor sapi dan 17 ekor kambing akan dipotong dalam rangka Idul Adha 1439 H di Masjid Istiqlal, Rabu (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jamaah salat Idul Adha di Masjid Istiqlal tak seramai Idul Fitri. Seorang penjual koran bekas dan penjual kantong kresek bisa mengukurnya dari jumlah dagangannya yang laku.

"Kalau Idul Fitri, jam 7 pagi udah nambah beli kantong," kata Sojadi (9) bocah pedagang kantong kresek di Masjid Istiqlal, Rabu (22/8).

Saat Idul Fitri, Sojadi bisa mendapatkan uang hasil penjualan kantong kresek sebesar Rp 100 ribu lebih. Sementara Idul Adha, ia hanya dapat Rp 50 ribu hingga jam 07.00 WIB.

"Sama kayak Jumatan aja," kata Sojadi.

Ia sudah mulai berjualan sejak pukul 06.00 WIB. Sojadi tak sendiri ia bersama enam anggota keluarganya, dari Ibu, adik, kakak dan sepupunya. Jika di hari biasa, Sojadi hanya berjualan di hari Jumat saja.

"Kalau Jumat jualannya di Masjid Cut Meutia," kata Sojadi sambil menunjuk ke salah satu arah sekenanya.

Tak hanya Sojadi, puluhan orang lainnya turut berjualan kantong kresek bekas. Harganya bervariasi, dari Rp 500 hingga Rp 2.000, mereka yang menjajakan koran bekas dan kantong kresek kepada jamaah yang tak mendapatkan tempat shalat di dalam masjid. Koran tersebut dijadikan alas saat duduk mengikuti shalat Idul Adha.

Lain lagi April dan Happy, dua gadis kecil ini tinggal di kawasan Senen. Mereka adik kakak yang rutin jualan koran dan kantong kresek di Masjid Istiqlal.

"Kalau Jumat dan hari biasa jualannya di dalam," kata April yang masih bersekolah kelas tiga Sekolah Dasar (SD) itu.

Bedanya, April dan Happy menjajakan koran dengan harga Rp 2.000 saja, untuk kantong kreseknya seikhlas pembeli. Jika tidak dibayarpun tak masalah, asal korannya dibeli.

April dan Happy bekerja selepas pulang sekolah di hari biasa. Saat Idul Fitri dan Idul Adha, mereka sudah berjualan sejak pagi.

"Bangun subuh, ke pasar Senen dulu, beli koran baru ke sini," kata Happy.

April dan Happy membawa tiga kilogram koran bekas, kantong kreseknya tak lebih dari lima kantong besar. Menjajakan koran bekas di Masjid Istiqlal saat Idul Adha bukan kali pertama buat April dan Happy, mereka sudah berjualan sejak kelas satu SD. Tak hanya berjualan koran bekas saat hari raya di Masjid Istiqlal, di hari-hari biasa mereka juga menjualnya di Istiqlal.

Hingga pukul 07.00 Wib saat salat dimulai, April dan Happy baru mendapatkan Rp 80 ribu. Mereka tak berharap banyak, sebab di Idul Adha memang tak seramai Idul Fitri.

"Nggak bawa banyak juga," kata April.

Dari 25 orang penjual koran bekas dan kantong kresek yang diwawancarai Republika, 14 di antaranya adalah anak-anak. Ada yang masih bersekolah, ada yang sudah putus sekolah. Mereka berasal dari berbagai wilayah sekitar Jakarta Pusat.

Koran bekas digunakan sebagai alas salat, namun banyak jamaah yang meninggalkan begitu saja korannya setelah salat. Sementara, kantong kresek digunakan untuk wadah alas kaki, di pagar-pagar Masjid Istiqlal bergelantungan kantong kresek yang berisi alas kaki, sementara tempat penitipan alas kaki sepi.

"Biar cepat, ringkas nggak ribet dan nggak hilang," kata Sobari salah satu jamaah yang menggunakan kantong kresek sebagai tempat alas kaki mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement