Selasa 21 Aug 2018 13:59 WIB

Kerinduan Santri Lombok Utara Kembali ke Pondok Pesantren

"Saya sedih sekali pelajar, santri pada nanya, kapan kembali ke pondok".

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Bupati Lombok Utara Najmul Ahyar, CEO Rumah Zakat Nur Effendi, dan Direktur Program Rumah Zakat Murni Alit Baginda, meletakan batu pertama pembangunan hunian sementara di pos pengungsian di Dusun Menggala, Desa Pemenang, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, NTB, Senin (20/8).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Bupati Lombok Utara Najmul Ahyar, CEO Rumah Zakat Nur Effendi, dan Direktur Program Rumah Zakat Murni Alit Baginda, meletakan batu pertama pembangunan hunian sementara di pos pengungsian di Dusun Menggala, Desa Pemenang, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, NTB, Senin (20/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Bupati Lombok Utara Najmul Ahyar mengucapkan terima kasih kepada para relawan dan donatur yang tak henti-hentinya membantu warga Lombok Utara. Najmul juga mengapresiasi langkah Rumah Zakat yang mendirikan shelter atau hunian sementara lengkap dengan fasilitas yang dibutuhkan seperti masjid darurat, MCK, dapur umum, hingga sekolah darurat di Kecamatan Pemenang. 

Kata dia, langkah Rumah Zakat yang membangun hunian sementara dengan melibatkan masyarakat terdampak sebagai tukang merupakan upaya yang patut diapresiasi. Ia menilai, aspek keterlibatan warga terdampak sangat penting dilakukan mengingat banyak warga yang kehilangan pekerjaan akibat musibah gempa.

"Jelang musim hujan mereka butuh tempat tinggal yang representatif biar tidak menimbulkan persoalan baru, bisa timbul penyakit baru, terima kasih Rumah Zakat yang inisiasi hunian sementara," ujarnya saat peletakan batu pertama pembangunan hunian sementara di Dusun Menggala, Desa Pemenang, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Senin (20/8).

Selain di Pemenang, Najmul juga mendorong Rumah Zakat maupun donatur lain mendirikan hunian sementara di Kecamatan Bayan, Gangga, atau Kayangan. Pasalnya, banyak warga yang mengungsi di lahan-lahan pertanian yang produktif.

"Mungkin nanti kita akan dorong ke sana sehingga enggak ada persoalan di sana, agar saat musim tanam tiba tidak ada persoalan baru," lanjutnya.

Pun dengan sekolah darurat yang tak kalah penting. Kata dia, para pelajar dan santri di Lombok Utara ingin kembali sekolah namun tidak bisa terwujud dalam waktu dekat mengingat masifnya kerusakan infrastruktur pendidikan.

"Saat ini yang kami pikir anak-anak kami bisa kembali sekolah, saya sedih sekali pelajar, santri pada nanya, kapan kembali ke pondok (pesantren) rupanya mereka rindu. Kami sudah minta bantuan (tenda darurat untuk sekolah) ke Kemendikbud yang masih terbatas jumlahnya," kata dia.

Sedikitnya 700 sampai 800 tenda darurat dibutuhkan untuk digunakan menjadi kegiatan belajar mengajar anak-anak korban gempa. "Kita tahu memang dalam waktu singkat tentu tidak mudah, harapan kami yang penting bisa sekolah biar cuma di tenda," ucapnya.

Pemkab Lombok Utara juga telah melakukan aksi trauma healing terhadap para guru yang kini juga tinggal di pengungsian. 

Tak ada meja, punggung pun jadi 

Kesibukan Najmul Ahyar terus meningkat sejak awal bulan ini. Bencana gempa yang melanda Pulau Lombok membuat dia harus selalu tampil di depan dalam melayani kebutuhan warganya. Najmul adalah Bupati Lombok Utara, wilayah dengan dampak terparah akibat gempa berkekuatan magnitudo tujuh skala Richter (SR) pada Ahad (5/8) malam.

Tak seperti kepala daerah lainnya, Najmul tampil apa adanya lantaran keterbatasan yang ada. Dering telepon selularnya tak pernah berhenti, dan membuatnya selalu terjaga untuk berkoordinasi.

Pada Senin (20/8), Najmul mempersilakan Rumah Zakat menggelar jumpa pers terkait optimalisasi penyaluran kurban dan rencana pascatanggap darurat di halaman rumahnya yang berada di Dusun Menggala, Desa Pemenang, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara.

Jumpa pers digelar di halaman rumah mengingat rumah Najmul mengalami kerusakan cukup parah akibat gempa. "Enggak berani kita tempati karena takut roboh, jadi sementara di halaman sini dulu," ujar Najmul saat berbincang dengan Republika.co.id, di kediamannya sesaat sebelum jumpa pers dimulai.

Di kursi depan, Najmul duduk bersanding dengan CEO Rumah Zakat Nur Effendi untuk memaparkan rencana kerja Rumah Zakat dalam penanganan korban gempa di Lombok Utara. Najmul menyampaikan permohonan maafnya lantaran berkali-kali harus meninggalkan lokasi karena menerima panggilan telepon.

Saat pemaparan, Najmul mengungkapkan dampak gempa di Lombok Utara bersifat merata dengan kerusakan infrastruktur yang begitu masif. Jumlah penduduk Lombok Utara tercatat sekira 213 ribu jiwa.

"90 persen warga kita terdampak, 213 ribu orang mengungsi, pas saya datangi kayaknya 100 persen (terdampak) karena dari bupati sampai rakyatnya berada di pengungsian," ucapnya.

Meski dalam kondisi serba sulit, Najmul mengajak para aparatur sipil negara (ASN) di Lombok Utara tetap kembali ke kantor dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Walaupun Najmul tahu bahwa kondisi kantor SKPD di Lombok Utara juga terdampak dan banyak yang roboh akibat gempa.

"Jadi sekarang ngantornya ya di depan kantor SKPD dengan tenda darurat, jadi enggak perlu pakai seragam, yang penting ngantor dulu, meski bolak balik dari tenda pengungsian," kata dia.

Pemandangan menarik terlihat saat Najmul berulang kali menandatangi berkas dokumen dari para pegawainya. Ia melakukan penandatangan secarik kertas yang ditaruh di atas punggung Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Lombok Utara Mujaddid Muhas yang menyodorkan diri. Tindakan ini benar-benar spontan dan jauh dari kata formal.

Mujaddid mengaku bersikap spontan lantaran melihat gelagat Najmul yang tampak kebingungan mencari meja atau kursi untuk menandatangani berkas dokumen. "Sebagai staf ya kita harus siap siaga, terlebih kondisinya seperti ini," kata Mujaddid.

Najmul pun demikian. Menurutnya yang terpenting saat ini ialah memberikan pelayanan terbaik bagi warga. Ia juga mafhum bahwa tidak mungkin bisa sempurna dalam melayani kebutuhan warganya yang terdampak gempa. Oleh karenanya, ia sangat bersyukur banyaknya perhatian dan bantuan dari masyarakat Indonesia.

Najmul terus memberikan motivasi pada warganya untuk bersama-sama keluar dari kondisi sulit ini. Ia mengapresiasi sikap warganya yang sudah berjuang untuk kembali pulih dengan membuka bengkelnya, maupun bekerja sebagai tukang pada sejumlah program hunian sementara.

Pun dengan kondisi pariwisata yang menjadi urat nadi perekonomian warga Lombok Utara. Najmul telah meninjau kondisi di Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air yang bisa kembali dikunjungi turis lantaran dampak kerusakan tidak sebesar yang dialami warga daratan Lombok Utara.

"Kita inginkan sebenarnya turis datang kembali ke Lombok Utara, karena kalau wisata tumbuh, besar sekali daya ungkit bagi sektor lain dab memiliki pengaruh sangat banyak bagi sektor lainnya," kata Najmul menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement