Senin 20 Aug 2018 23:44 WIB

Jadi Cawapres Tanpa Baliho, Gerindra: Rezeki Anak Saleh

Ferry membantah ada mahar politik di balik terpilihnya Sandiaga Uno.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Bakal Capres Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengikuti Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan ke-73 di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta, Jumat (17/8).
Foto: Republika/Prayogi
Bakal Capres Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengikuti Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan ke-73 di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta, Jumat (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan, Sandiaga Uno menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto karena sudah menjadi rezeki anak saleh. Sandiaga, kata dia, tidak perlu memasang baliho seperti tokoh-tokoh parpol lain untuk menjadi cawapres.

"Ya itu nasib rezeki anak soleh. Masang baliho juga enggak. Enggak seperti Pak Muhaimin, Pak Rommy, Mas Airlangga. Pak UAS (Ustaz Abdul Somad) menolak (jadi cawapres Prabowo), Anies juga menolak, kebetulan jatuh ke anak soleh ini, diminta, dia bersedia," jelas Ferry dalam diskusi CSIS di Jakarta, Senin (20/8).

Ferry pun membantah ada mahar politik di balik terpilihnya Sandiaga sebagai cawapres. Menurut dia, Sandiaga dipilih dan disepakati parpol koalisi untuk menjawab kebutuhan masyarakat soal kesejahteraan ekonomi. "Kita berkonsentrasi menggunakan isu ekonomi," kata dia.

Ferry juga menjelaskan, ada faktor yang memang menguntungkan pasangan Prabowo-Sandiaga. Di antaranya, gelombak aksi damai 212, dan gerakan #2019GantiPresiden. Menurutnya, tren gerakan ini terus meningkat dan mendapat sambutan di berbagai kegiatannya di daerah.

"Sentimen itu kita harapkan akan bertemu dengan kemampuan Prabowo-Sandiaga dalam melakukan strategi yang umum dan khusus, serta penggalangan-penggalangan yang lain," ujar dia.

Sandiaga, lanjut Ferry, adalah figur yang sebetulnya tidak punya musuh di dunia politik. Sandiaga bisa diterima di berbagai kalangan seperti politikus senior Golkar Akbar Tanjung, dan juga ketua umumnya Airlangga Hartarto.

Tak hanya itu, Sandiga juga bisa diterima di kalangan nahdliyyin, khususnya setelah bertamu ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa waktu lalu. "Jadi Pak Sandi ini tak punya beban, tone-nya positif dan mempersatukan polarisasi yang agak terbelah," ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement