Senin 20 Aug 2018 20:55 WIB

FOZ: Jangan Buru-Buru Tarik Relawan dari NTB

FOZ juga menyayangkan sikap pemerintah terhadap status bencana ini.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Forom Zakat Bambang Suherman (kiri) bersama Sekjen Forum Zakat Nana Sudiana (kanan) memberikan keterangan media terkait bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat di Kantor Insiatif Zakat Indonesia, Jakarta, Senin (20/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ketua Forom Zakat Bambang Suherman (kiri) bersama Sekjen Forum Zakat Nana Sudiana (kanan) memberikan keterangan media terkait bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat di Kantor Insiatif Zakat Indonesia, Jakarta, Senin (20/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus diguncang gempa bumi susulan yang cukup besar sehingga kerusakan dan trauma masyarakat semakin meluas. Forum Zakat (FOZ) mengimbau lembaga-lembaga yang telah menerjunkan relawan ke Pulau Lombok agar tidak segera menarik para relawan.

Ketua Umum FOZ Bambang Suherman mengatakan, para relawan yang sudah sangat sibuk di Pulau Lombok jangan buru-buru ditarik. Sebab, bencana gempa bumi di NTB masih membutuhkan seluruh bantuan relawan.

"Kalau kita refresh status kebencanaan ini menjadi sebuah status baru, kita berharap awareness publik kembali menguat terhadap kondisi di lapangan," kata Bambang saat konferensi pers FOZ desak pemerintah tetapkan gempa NTB sebagai bencana nasional di Kantor Inisiatif Zakat Indonesia, Jakarta, Senin (20/8).

Dikatakan Bambang, berdasarkan laporan dari relawan di lapangan, gempa bumi susulan mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang semakin meluas. Artinya, bencana gempa bumi di NTB masih dalam fase tanggap darurat. 

Di sisi lain, dia menerangkan, memang lembaga-lembaga sudah bicara tentang rumah tahan gempa, membangun rumah hunian sementara, sekolah dan fasilitas publik. Tapi, karena situasi hari ini di lapangan baru saja terjadi gempa susulan yang cukup besar, maka fase penanganan gempa bumi di NTB kembali ke fase tanggap darurat.

Di samping itu, FOZ juga menyayangkan sikap pemerintah yang tidak segera menetapkan bencana gempa bumi di NTB sebagai bencana nasional. "Kami sangat menyayangkan sikap pemerintah pusat yang belum juga menaikkan status gempa Lombok menjadi bencana nasional," ujarnya.

Sekretaris Jendral FOZ Nana Sudiana mengatakan, ada 200 lebih posko anggota FOZ yang tersebar di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur dan Lombok Barat. Mereka bekerja sejak hari pertama gempa bumi, sampai sekarang mereka masih di sana. Ada sekitar 80 lembaga yang terlibat di lapangan. Juga banyak lembaga yang menitipkan bantuannya ke lembaga yang lebih besar.

"Respons sebenarnya sudah mulai meningkat ke tahap rehabilitasi dan menyiapkan rumah sementara, tapi begitu terjadi gempa susulan yang besar, maka kita mengkaji ulang," ujarnya.

Nana menjelaskan, FOZ mengkaji ulang strategi penanganan bencana gempa bumi di NTB. Karena dikhawatirkan terjadi gempa bumi susulan lagi saat membangun rumah hunian sementara. Maka bahan atau material yang digunakan dan posisi untuk membangun rumah hunian sementara akan dikaji ulang. Sebab titik gempa bumi susulan terus berpindah-pindah.

Menurutnya, mungkin fase tanggap darurat penanganan bencana di NTB akan menjadi yang terpanjang dibanding fase tanggap darurat bencana di Aceh dan Padang. Sebab tsunami di Aceh dan gempa bumi di Padang hanya terjadi sekali, kemudian gempa susulannya tidak besar. Berbeda dengan di NTB yang gempa bumi susulannya terus terjadi sehingga kerusakan menjadi semakin meluas dan masyarakat semakin trauma dan stress.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement