Sabtu 18 Aug 2018 02:07 WIB

1.945 Orang Ikuti Pengibaran Bendera di Lereng Merapi

Upacara HUT ke-73 RI digelar di Bukit Klangon, Desa Glagaharjo.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Ratusan murid SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga membentangkan bendera Merah Putih raksasa, di halaman sekolah mereka, Kamis (16/8). Bendera berukuran 25 x 5 meter ini sebelumnya dijahit oleh 150 murid SD Muhammadiyah Plus ini.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
[ilustrasi] Ratusan murid SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga membentangkan bendera Merah Putih raksasa, di halaman sekolah mereka, Kamis (16/8). Bendera berukuran 25 x 5 meter ini sebelumnya dijahit oleh 150 murid SD Muhammadiyah Plus ini.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Peringatan HUT ke-73 Republik Indonesia diperingati seluruh negeri. Di lereng Gunung Merapi, upacara peringatan digelar di Bukit Klangon, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY.

Bendera merah putih berukuran 9x6 meter berkibar di tiang setinggi 17 meter. Gunung Merapi yang sampai saat ini masih berstatus waspada, membuat suasana peringatan semakin khidmat.

Bukit Klangon sendiri hanya berjarak tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi, sekaligus merupakan jarak aman status waspada. Upacara diikuti berbagai unsur mulai TNI, Polri, pelajar, mahasiswa dan masyarakat luas.

Sejak pagi, masyarakat sudah memadati area yang pada erupsi Gunung Merapi pada 2010 sangat parah terkena dampak. Bahkan, butuh waktu dua tahun lbih untuk kembali memfungsikan area tersebut.

Upacara dimulai dengan pemberian bendera raksasa dari tokoh masyarakat ke personil TNI/Polri, yang membawanya ke lokasi pengibaran. Diiringi lagu Indonesia Raya, bendera berkibar indah dengan latar asap tipis Gunung Merapi.

Komandan Kodim 0732/Sleman, Letkol Inf. Diantoro mengatakan, pengibaran ini bertujuan mengenang jasa para pahlawan yang gugur demi kemerdekaan Republik Indonesia. Upacara diikui 1945 orang, sesuai tahun kemerdekaan.

"Alasan dipilihnya Bukit Klangon ini karena pernah terjadi pertempuran hebat di Cangkringan, sejarah mencatat pada Maret 1949 terjadi penyerbuan tentara Belanda di sekitaran Argomulyo," kata Diantoro.

Saat itu, pasukan Belanda membumihanguskan rumah-rumah penduduk di sekitaran Argomulyo. Dari tragedi itu, pasukan Laskar Rakyat dan Kadet Akademi Militer melakukan serangan balasan yang memukul Belanda ke Kaliurang.

Diantoro menilai, saat ini ancaman bukan lagi tembakan musuh dari tentara Belanda. Namun, tantangan hari ini mewujudkan kesejahteraan rakyat, serta menanggulangi ancaman narkoba kepada generasi muda.

Ia berharap, permasalahan itu dapat teratasi. Tentu, diwujudkan lewat semangat persatuan dan kesatuan, dilandasi nilai-nilai kejuangan, semangat pantang menyerah, rela berkorban dan keteladanan dari para pemimpin.

"Merapi tidak pernah ingkar janji, mudah-mudahan dilatar belakangi Merapi, suatu saat Indonesia jadi bangsa yang besar, sebesar Merapi, sehebat Merapi, seheboh Merapi, sebagaimana Merapi jadi gunung paling aktif di dunia," ujar Diantoro.

Peringatan upacara HUT RI dan pengibaran bendera raksasa turut memberikan kesan kepada peserta. Salah satu peserta upacara, Septi dari Desa Glagaharjo, mengaku rangkaian kegiatan meninggalkan kesan mendalam.

Karenanya, ia sangat senang bisa menjadi bagian peringatan tersebut, mulai dari upacara sampai kisah-kisah yang diceritakan. Septi berharap, upacara bisa kembali digelar tahun-tahun mendatang.

"Senang dan sangat bangga, semoga semangatnya tambah lagi, semoga tahun depan bisa diadakan lagi lebih meriah," kata Septi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement