Jumat 17 Aug 2018 01:33 WIB

Sulitnya Mendapatkan Air Bersih di Muara Gembong

Krisis air bersih di Muara Gembong terjadi sejak 1980-an

Rep: Fergi Nadira/ Red: Karta Raharja Ucu
Krisis Air: Penjual mengisi air bersih di depot pengisisan air di Jl. RE Martadinata, Jakarta Utara, Selasa (28/7).   (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Krisis Air: Penjual mengisi air bersih di depot pengisisan air di Jl. RE Martadinata, Jakarta Utara, Selasa (28/7). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Warga Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih. Krisis air bersih di Muara Gembong disebut warga sejak 1980-an.

Setidaknya ada 95 kartu keluarga (KK) dari tiga RT yang mengalami kesulitan air bersih. Beberapa rumah warga yang Republika.co.id kunjungi tidak memiliki sumur. Warga membeli air bersih dari penjual air yang juga membeli air bersih dari Cilincing, Jakarta Utara. Untuk sampai ke Cilincing, para penjual air di Muara Gembong harus naik perahu selama satu jam. Air bersih lalu mereka ditampung di jeriken.

Salah seorang warga Muara Gembong, Arsiyah (45 tahun) menuturkan, setiap dua hari sekali membeli 30 liter air bersih. "Satu drigen harganya Rp 6.000, untuk kebutuhan masak, air hangat. Kalau minum kami pakai galon isi ulang," ujar Arsiyah saat berbincang dengan Republika.co.id, Kamis (2/8).

Sedangkan kebutuhan mandi, mencuci baju dan lainnya, kata Arsiyah, beberapa warga mengandalkan sumur bor. Namun, kualitas air tersebut hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian.

"Kalau yang mampu, mereka melakukan pemboran sendiri untuk air. Meskipun airnya berwarna kemerahan, tapi masih bisa digunakan dan tidak untuk minum atau masak," ujarnya.

photo
Pengendara sepeda melintasi Jembatan Gantung Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (8/6). Jembatan itu menjadi satu-satunya sarana penyeberangan antardesa yang terkena dampak abrasi di Kecamatan Muara Gembong.

Keluhan serupa disampaikan warga lainnya, Eva (42). Sejak tinggal di Muara Gembong pada 1993, ia mengaku sudah kesulitan mendapatkan air bersih. Ibu lima anak ini tidak mempunyai sumur bor untuk kebutuhan hidupnya. Karenanya, ia mendapat air untuk mandi dengan membeli dari warga yang mempunyai sumur bor.

"Untuk mandi dan keperluan lain saya membeli air, satu drigen dihargai Rp 1.000. Kalau untuk masak beli di penjaja air yang dari Cilincing," kata Eca.

Eva mengaku tidak pernah ada bantuan air bersih di tempat tinggalnya. Meski begitu, warga Muara Gembong tetap berupaya hidup sehat. Salah satunya akan kesadaran mengelola sampah.

"Kita jaga kesehatan, air bersih kita beli untuk masak. Tapi kita harus tetap menjaga lingkungan kita dari sampah," kata Eva.

Sampah-sampah bekas rumah tangga warga di tiga RT ini dilenyapkan dengan cara dibakar. Tidak diangkut oleh mobil pengangkut sampah pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi.

Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat, melakukan pendampingan kepada masyarakat di pesisir laut Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi guna mewujudkan destinasi wisata potensi alam setempat. Kawasan pesisir merupakan ekosistem perairan yang memiliki sumber daya alam dan potensi yang sangat besar, salah satunya menjdai destinasi wisata.

"Kami mengirim empat orang perwakilan dari Pusat Kajian Resolusi Konflik dan Pemberdayaan Masyarakat IPB untuk mewujudkan pengembangan wisata di Muara Gembong," kata Kepala Pusat Kajian Konflik dan Pemberdayaan IPB Prof Sumardjo saat menghadiri agenda bersih-bersih pesisir Pantai Muaragembong yang digelar PT Pertamina EP Asset 3 Tambun Field bersama warga di Desa Pantai Mekar.

Ia berkata, dari hasil kajian IPB alam di Desa Pantaimekar sangat berpotensi digarap menjadi destinasi wisata. Sejumlah komponen penunjang kawasan wisata seperti hutan mangroove, kampung batik Bekasi dan kampung kuliner di sekitarnya mulai menunjukkan perkembangan dalam satu tahun terakhir.

photo
Pertamina EP Asset 3 Tambun Field gelar acara Bersih-Bersih Pesisir Muaragembong angkut delapan ton sampah -- Muaragembong, Kab Bekasi, Kamis (2/8) .

Dalam waktu satu bulan, IPB memetakan masalah di Muara Gembong. Salah satu masalah yang paling penting dibenahi di Desa Pantai Mekar adalah keberadaan sampah yang merusak estetika.

"Sampah plastik ini dikirim dari kawasan hulu Sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL) serta dari Laut Muaragembong yang masuk ke lingkungan Pantaimekar," katanya.

Menurut dia, masyarakat setempat sebenarnya telah sadar dengan pentingnya budaya bersih untuk mewujudkan kawasan wisata. Namun, kiriman sampah setiap harinya dari daerah lain terus berdatangan. Karena itu, IPB merekomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Bekasi untuk memfasilitasi truk pengangkut sampah.

"Alhamdulillah, hari ini truk sampah sudah mulai beroperasional di sini dan intensif melakukan evakuasi sampah di bantaran sungai maupun laut," katanya.

Hal berikutnya yang dibutuhkan dalam pengembangan wisata Pantai Mekar, kata dia, di antaranya dukungan infrastruktur transportasi yang membuka akses wisatawan menuju lokasi wisata. Berdasarkan pengamatan IPB, Desa Pantai Mekar justru lebih dekat bila diakses dari kawasan Teluk Jakarta daripada pusat kota Bekasi. Sehingga untuk tahap awal, perlu adanya akses penghubung dari Jakarta menuju Pantai Mekar untuk mendatangkan wisatawan.

photo
Pertamina EP Asset 3 Tambun Field gelar acara Bersih-Bersih Pesisir Muaragembong angkut delapan ton sampah -- Muaragembong, Kab Bekasi, Kamis (2/8) .

"Kalau dari Teluk Jakarta hanya butuh waktu kurang dari sejam naik perahu tiba di Pantai Mekar. Tapi kalau diakses dari pusat kota Bekasi, bisa menghabiskan waktu perjalanan darat lebih dari dua jam. Ditambah lagi situasi jalan yang belum semuanya bagus," katanya.

Sumardjo mengatakan, rekomendasi berikutnya membentuk badan koperasi yang bertanggung jawab dalam pinjaman modal kepada masyarakat untuk pengembangan produk lokal. "Kuliner bandeng di sini enak. Dibuat tanpa tulang dan dagingnya dicampur rempah yang gurih. Bisnis seperti ini yang perlu dikembangkan lewat koperasi," katanya. Selain itu, bisnis rumput laut secara swadaya warga yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan juga perlu disokong permodalan agar lebih berkembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement