Rabu 15 Aug 2018 19:09 WIB

Dua dari Tiga Laki-Laki di Indonesia adalah Perokok

Jakarta, Bogor, dan Mataram miliki persentase perokok remaja tertinggi.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Qommarria Rostanti
Ilustrasi rokok. (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ilustrasi rokok. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remaja dan rokok adalah dua isu yang kerap berdampingan. Di Indonesia, tidak sulit menjumpai remaja yang merokok di tempat umum.

Kepala Sub Direktorat Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi Kementerian Kesehatan Theresia Sandra Diah Ratih mengatakan aktivitas merokok di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hampir sepertiga penduduk usia di atas 15 tahun adalah perokok.

Bahkan, perokok laki-laki telah mencapai lebih dari 66 persen. "Hampir dua dari tiga laki-laki adalah perokok," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id Rabu (15/8).

Berdasarkan data terakhir Kemenkes, ada tiga kota yang memiliki persentase perokok remaja tertinggi. Ketiganya yakni Jakarta, Bogor, dan Mataram. Perokok yang dimaksud adalah remaja berusia di atas 10 tahun.

Tiga kota tersebut lantas ditunjuk menjadi sasaran kampanye program remaja antimerokok. Kampanye dilakukan oleh Kemenkes bersama Young Health Programme (YHP). Project Manager YHP dari Yayasan Plan International Indonesia (YPII) Fahmi Arizal mengatakan program ini akan diimplementasikan di Jakarta Selatan, Kabupaten Bogor, dan Mataram. Pertimbangannya, yaitu tingginya penggunaan tembakau dan peningkatan risiko pada komunitas ini.

"Strategi holistik  kami mencakup pemberdayaan dan pembentukan program edukasi bagi teman sebaya di kalangan remaja," kata Fahmi.

Para remaja cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebayanya. Tekanan dari teman sebaya dapat berdampak negatif dan mengarah pada perilaku berisiko. Hal ini berlaku sebaliknya pula untuk perubahan positif. Melalui pelatihan ini, para remaja diharapkan menjadi agen perubahan.

Strategi kedua adalah program pelatihan untuk masyarakat lokal, seperti orang tua dan guru yang berperan penting dalam proses perkembangan remaja. "Kami akan memberikan pelatihan bagi penyedia layanan kesehatan untuk memperkuat kualitas dan akses penyedia layanan kesehatan,” ujar Fahmi.

Dalam tiga tahun ke depan, YHP hendak melibatkan 900 orangtua di 18 pusat posyandu ramah remaja, 360 guru, dan 750 pendidik sebaya dari 24 sekolah. Selain itu, YHP juga akan mendukung 195 tenaga kesehatan dari 18 puskesmas yang tersebar di tiga kota tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement