Selasa 14 Aug 2018 23:34 WIB

Menhub Minta Maaf LRT Palembang Mogok

LRT Palembang telah berhenti mendadak sebanyak dua kali sejak operasional perdana.

Red: Nur Aini
Rangkaian Light Rail Transit (LRT) Palembang melintas di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Senin (23/7).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Rangkaian Light Rail Transit (LRT) Palembang melintas di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Senin (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta maaf atas kejadian mogok kereta ringan atau light rail transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan. Setelah kejadian itu, Kementerian Perhubungan akan melakukan evaluasi secara maksimal.

Budi mengatakan, evaluasi maksimal dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang. "Saya minta maaf atas kejadian ini. Ini bukan excuse (berdalih), memang LRT Palembang upaya kami memberanikan diri untuk segera menggunakan produk dalam negeri," katanya ketika ditemui di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa (14/8).

Budi menyebutkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) proyek LRT Palembang mencapai 95 persen, sebuah capaian yang tidak bisa ditemukan di proyek lainnya. Ia mengatakan, jika ingin mencari aman, dengan mudah bisa saja pemerintah memilih perusahaan lain seperti Hyundai. Namun, keinginan pemerintah untuk mendukung produk dalam negeri menjadi hal yang utama.

"Saya sebagai pemilik proyek, kalau mau safety, saya tunjuk saja Hyundai, harga relatif sama dan tidak usah pusing. Tapi memang keinginan kami produk dalam negeri ini bisa jalan," katanya.

photo
Sejumlah atlet dan official sepakbola putri Indonesia berjalan menuju gerbong kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) di stasiun LRT Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) Palembang, Sumsel, Selasa (14/6).

Budi mengatakan, keberanian kedua yang dilakukan pemerintah adalah masa uji coba operasional LRT terlalu cepat sehingga belum optimal digunakan. Menurut dia, dibandingkan proyek MRT Jakarta yang masa pengujian (commissioning) bisa mencapai enam bulan, proyek LRT Palembang hanya menjalani pengujian dua minggu.

"Bukan saya excuse. Ini kami ditarget operasional 2018. Saya memberanikan diri mendorong teman-teman agar commissioning dua minggu. Teman-teman menolak tapi saya bilang ini harus dilakukan," ujarnya.

Oleh karena itu, Budi meminta maaf kepada masyarakat atas beberapa masalah yang terjadi. Ia mengakui berdasarkan identifikasi sementara, dua mogok pertama terjadi karena ada kesalahan standar operasional prosedur (SOP) dan mogok ketiga terjadi karena alasan teknis.

"Oleh karena itu, saya sudah tugaskan kepada semua pemangku kepentingan baik Kemenhub, Waskita, LEN, INKA, untuk benar-benar menjaga semua instalasi dengan baik. Insya Allah bisa berjalan dengan baik dan tidak ada kejadian seperti itu," pungkasnya.

Sejak resmi beroperasi membawa penumpang pada 23 Juli 2018, pada 1 Agustus 2018, LRT Palembang berhenti mendadak di dua kilometer sebelum Stasiun Jakabaring akibat pintu tidak dapat ditutup lantaran sensor keselamatan sangat sensitif. Kemudian pada 10 Agustus 2018, LRT juga berhenti mendadak di Stasiun Bumi Sriwijaya karena VDU (Vehicle Display Unit) tidak dapat membaca posisi kereta.

Lalu kejadian serupa kembali terjadi saat LRT Palembang membawa ratusan penumpang pada Ahad (12/8) sore. Terhadap tiga kejadian itu, dilakukan evakuasi penumpang karena kejadian kereta berhenti telah melebihi 20 menit. Penumpang kemudian digiring petugas melintasi jalur pejalan kaki yang ada di sisi rel yang aman dari arus listrik untuk menuju stasiun terdekat, seperti sempat viral di media sosial.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement