Selasa 14 Aug 2018 21:13 WIB

Muhammadiyah Dirikan Sekolah Darurat Tanggap Bencana

Kondisi psikologi anak-anak korban gempa Lombok perlu dipulihkan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Muhammad Hafil
Relawan membungkus nasi untuk dibagikan kepada pengungsi korban gempa bumi Lombok di dapur umum tempat pengungsian di Pemenang, Lombok Utara, NTB, Minggu (12/8).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Relawan membungkus nasi untuk dibagikan kepada pengungsi korban gempa bumi Lombok di dapur umum tempat pengungsian di Pemenang, Lombok Utara, NTB, Minggu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC)-Lazismu mendirikan sekolah darurat tanggap bemcana di Lombok. Pendirian sekolah darurat ini pasca gempa yang terjadi di Lombok mengakibatkansekolah-sekolah rusak parah.

Kerusakan tersebut menyita kesempatananak-anak untuk tetap melakukan aktivitas di sekolahnya. Melihat hal itu, Relawan Muhammadiyah yang berada di lokasi bencana menginiasiasi Sekolah Darurat Tanggap Bencana di Desa Rendang Luar Semalun, Dusun Mlepah, dan Dusun Sajang Lombok Utara.

Sedangkan di Lombok Timur berada di Dusun Mlepah Sari Kecamatan Kayangan, Dusun Lading-Lading Kecamatan Tanjung, dan Dusun Lekok Desa Gondang Kecamatan Gangga. Relawan Tanggap Darurat dan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (TDRR) MDMC, Harits Dwi Wiratma mengatakan tujuan didirikannya Sekolah Darurat Tangap Bencana tidak lain mengaktifkan waktu sekolah anak-anak pengungsi yang terhambat karena kerusakan pasca gempa.

Harits mengungkapkan fasilitas pendidikan darurat ini sekaligus mengisi saat waktu luang anak-anakmenunggu sekolahnya di rekonstruksi oleh pemerintah. "Sekolah darurat ini juga, sebagai kegiatan trauma healing untuk menumbuhkan kembali kepercayaan diri dan memperbaiki suasana hati anak-anak pasca bencana," kata Harits dalam keterangannya, Selasa (14/8).

Kegiatan Sekolah Darurat Tanggap Bencana sudah dilaksanakan sejak hari Sabtu yang lalu (11/8). Menurut Harits, perlu adanya kegiatan pemulihan kondisi psikososial anak-anak pasca bencana.

“Mendirikan Sekolah Darurat Tanggap Bencana merupakan salah satu solusi untuk mengubah mood anak sehingga dapat semangat lagi untuk belajar dantidak kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan,” ungkapnya.

Harits juga menambahkan, meskipun kegiatan Sekolah Darurat Tanggap Bencana berbeda dengan Sekolah Formal namun desain Sekolah Darurat Tanggap Bencana tidak mengurangi esensi dari kegiatan sekolah formal pada umumnya.

“Anak-anak kita ajak untuk bermain sambil belajar, menggambar, danmelakukan aktivitas fisik dengan berolahraga. Bahkan orang tua punkami ajak untuk ikut mendampingi anak-anaknya,” ungkap Harits.

Sementara itu, Ridho Fawaris Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN)yang tergabung dalam Relawan MDMC menyampaikan bahwa masyarakat telahmemberikan respon positif kepada tim relawan MDMC atas support danbantuan dalam penerapan kegiatan trauma healing.

“Sekolah Darurat Tangap Bencana, sekaligus menjadi alternative kegiatan siswa karenasekolah-sekolah mereka yang belum dibenahi,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement