REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyatakan, pendidikan pengurangan dampak bencana (mitigasi bencana) bisa disisipkan di mata pelajaran di sekolah-sekolah. Namun demikian, menurutnya tidak mesti diterapkan di seluruh Indonesia. Melainkan hanya di daerah-daerah yang potensial terjadi bencana.
"Tidak harus seluruh Indonesia berlaku. Jadi disesuaikan dengan kondisi wilayah. Itu sebaiknya disisipkan pengalaman belajar yang berkaitan dengan itu (mitigasi bencana)" ujar Muhadjir usai meninjau sekolah-sekolah terdampak gempa Lombok, Selasa (14/8).
Muhadjir berpendapat, dengan adanya program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), forum sekolah menjadi lebih terbuka. Sehingga, sekolah-sekolah yang berada di lingkungan potensial bencana, bisa memodifikasi kurikulum untuk menyisipkan pendidikan terkait mitigasi bencana.
"Jadi kalau di lingkungan siswa itu memang wilayahnya potensial sekali terjadi bencana, apakah itu erupsi gunung, gempa bumi itu bisa saja kurikulumnya dimodifikasi. Sehingga ada kesempatan untuk diberikan life skill yang diperlukan kalau menghafapi bencana. Dan itu kurikulumnya bisa berkoordinasi dengan BNPB," ujar Muhadjir.
Terkait intensitas pemberian materi terkait mitigasi bencana, menurutnya bisa dilakukan setiap hari. Artinya, para guru yang telah dilatih bisa menyisipkan materi terkait mitigasi bencana dalam proses belajar mengajarnya.
"Itu kan tidak dalam bentuk pelajaran, kan lebih banyak dalam sikap dan ketrampilan hidup. Bahkan bisa tiap hari sudah mulai diingatkan, dicontohlan oleh para pendidik, bagaimana kalau ada tanda-tanda bencana. Mulai cara menghindarinya, cara berlindung, cara menyelamatkan diri," kata Muhadjir.