Selasa 14 Aug 2018 00:11 WIB

Ini yang Didiskusikan Prabowo dan Pimpinan PP Muhammadiyah

Prabowo bersilaturahim ke PP Muhammadiyah pada Senin malam.

Rep: muhyiddin/ Red: Andri Saubani
 Calon Presiden 2019, Prabowo Subianto silaturrahim ke Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/8) malam ba'da Isya'.
Foto: Republika/Muhyiddin
Calon Presiden 2019, Prabowo Subianto silaturrahim ke Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/8) malam ba'da Isya'.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo melakukan bersilaturahim dengan sejumlah Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) pada Senin (13/8) malam. Sesuai silaturahim, Prabowo mengaku berdiskusi banyak hal dengan sejumlah pengurus PP Muhammadiyah, salah satunya terkait dengan ekonomi.

Menurut dia, banyak pandangan dirinya yang sama dengan Muhammadiyah, khususnya dalam bidang ekonomi yang saat ini masih menjadi persoalan di negeri ini. 

"Kami sangat gembira. Tukar menukar pikiran dan ternyata banyak pandangan kita sama. Sudah ada kesadaran bahwa arah perkembangan ekonomi kita, di mana ekonomi tak bisa dipisahkan dari politik. Ternyata arah ekonomi kita sesungguhnya keliru," ujar Prabowo saat konferensi pers usai bersilaturrahim di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/8).

Karena itu, menurut Prabowo, dirinya merasa perlu berdiskusi dengan semua elemen bangsa sebelum memasuki agenda demokrasi Indonesia. ''Sebelum kita memasuki perhelatan, hajat besar. Kita perlu bersilaturahmi dengan institusi-institusi penting. Di mana Muhammadiyah sudah menjadi institusi penting, di negara kita,'' ucapnya

Sebagai lembaga dakwah, kesehatan, dan pendidikan, Muhammadiyah telah memegang peranan penting dalam memakmurkan bangsa ini. Namun, menurut dia, pembangunan bangsa ini tak membuat rakyat menjadi makmur dan berdaulat di bidang ekonomi.

"Ternyata kekayaan kita tidak dikuasi oleh rakyat Indonesia. Kekayaan kita mengalir ke luar negeri, sehingga rakyat Indonesia tak menjadi kuat dan sejahtera," katanya.

Prabowo menambahkan, selain bersilaturrahim kepada pengurus PP Muhammadiyah, dia dan cawapresnya, Sandiaga Uno juga akan bersilaturrahim dengan ormas Islam lainnya. "Hampir semua organisasi kita akan datangi, PBNU juga akan kita datangi, juga tokoh-tokoh Kristen, Katolik, Budha, Hindu semua," jelasnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir menyambut baik silaturahim tersebut. Dia pun menitipkan enam pesan kepada pasangan capres-cawapres itu jika berhasil menjadi pemimpin Indonesia untuk ke depannya. Menurut Haedar, enam poin itu sebagai masukan Muhammadiyah untuk menjadi bahan dalam pengembangan visi-misi Prabowo-Sandi.

"Ada enam poin yang saya sampaikan. Satu, pemerintah itu harus memperhatikan fondasi nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jiwa kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Haedar usai menerima kunjungan Prabowo-Sandi di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/8) malam.

Menurut dia, kebijakan Prabowo-Sandi tidak boleh ada yang bertentangan dengan nilai agama, Pancasila dan nilai luhur bangsa. Pesan yang kedua, lanjut Haedar, PP Muhammadiyah juga menyampaiakn agar Prabowo-Sabdi mewujudukan kedaulatan negara di bidang ekonomi, politik, dan budaya dalam bentuk kebijakan yang lebih berani.

"Jadi termasuk dalam konteks kedaulatan dari hegemoni asing, memutus mata rantai kita yang sudah lama serba import dan lain sebagainya," ucapnya.

Pesan ketiga, menurut Haedar, PP Muhammadiyah menyampaikan agar Prabowo-Sandi bisa mengatasi kesenjangan sosial ekonomi dengan kebijakan yang lebih berani sesuai dengan konsep yang telah ada. "Kesenjangan ekonomi adalah krusial poin kita dalam kehidupan kebangsaan dan bagaimana agar kekayaan Indonesia itu sebesar-besarnya itu untuk hajat hidup rakyat," katanya.

Pesan keempat, Haedar juga menyampaikan agar Prabowo-Sandi melakukan rekontruksi kebijakan pendidikan nasional yang lebih berorientasi untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. "Nah Muhammadiyah selama ini bergerak dalam pengembangan pendidikan, kesehatan, yang intinya adalah agar bangsa ini menjadi bangsa yang unggul di hadapan bangsa lain," jelasnya.

"Tidak mungkin kita bisa bersaing dengan bangsa lain jika SDM kita ini pas-pasan. Dan kita harus mengedepankan kualitas bukan kuantitas," imbuhnya.

Kelima, Haedar juga menitip pesan kepada Prabowo-Sandi agar melakukan kebijakan reformasi birokrasi untuk tujuan memakmurkan rakyat dan untuk hajat hidup rakyat Indonesia. "Birokrasi untuk semua, tidak untuk satu kelompok, satu golongan, dan lain sebagainya," ujarnya.

Pesan terakhir, Haedar bersama pimpinan Muhamamdiyah lainnya juga memberikan masukan kepada Prabowo-Sandi agar membuat Indonesia lebih proaktif lagi untuk kebijakan politik luar negeri, termasuk meningkatkan peran Indonesia sebagai negara mayoritas muslim. "Karena ini adalah muslim terbesar di dunia. Jadi itulah dan kemudian gayung bersambut tadi kita cukup santai berdiskusi membicarakan persoalan-persoalan bangsa yang sangat besar ini," kata Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement