REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sicincin, Sumatra Barat, Rizky A Saputra mengemukakan, mempublikasikan atau menyebarluaskan peringatan dini tentang cuaca ekstrem akan dapat mengurangi risiko bencana alam seperti banjir dan longsor. "Selama ini informasi yang disebarluaskan oleh BMKG kepada pemangku kepentingan terkait misalnya BPBD masih minim diterima masyarakat yang lebih luas sehingga bencana alam seperti banjir sulit diantisipasi lebih awal," kata dia di Padang, Senin (13/8).
Ia mengemukakan selama ini kendala yang dihadapi dalam mengurangi dampak risiko bencana adalah penyebarluasan peringatan cuaca/iklim ekstrim lewat peringatan dini. "Peringatan dini dilakukan menggunakan alat otomatis di bagian hulu daerah aliran sungai," kata dia.
Menurut dia, daerah rawan bencana banjir longsor diharapkan memiliki alat otomatis yang akan memberikan peringatan dini yang dapat diteruskan instansi kepada kelompok siaga bencana. Selain itu, pelestarian lingkungan dengan merawat hutan sebagai penyangga derasnya aliran permukaan dan penahan air penting dalam mitigasi bencana.
Ia menilai semua pemangku kepentingan perlu memperluas sosialisasi. Dengan demikian, masyarakat dapat mudah memahami informasi dan penguatan kerja sama serta pemetaan daerah rawan bencana terus dilakukan untuk mengurangi korban.
Terkait banjir yang merendam dua kawasan di Padang Pariaman yaitu Sungai Limau dan Kayu Tanam pada pekan pertama Agustus ia mengatakan kejadian tersebut akibat meluapnya sungai Batang Anai. "Kondisi dihulu sungai pada saat itu juga terjadi banjir yang merusak objek wisata di Lembah Anai," kata dia.
Banjir yang terjadi di Anduring Kayu Tanam jika ditinjau dari curah hujan yang diukur pada pos hujan terdekat Kandang Ampek. Saat kejadian curah hujan mencapai 130 milimeter perhari atau masuk kategori ektrem/amat deras.