REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah berharap pemilihan presiden dan wakil presiden dapat membawa suka cita bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir semua peserta kontestasi tersebut sepantasnya mengutamakan kepentingan bangsa dan negara Indonesia di atas diri dan golongan.
Haedar mengatakan kandidat selayaknya menjunjung tinggi etika dan adab. Elite pemimpin, baik di pusat maupun daerah-daerah, seyogianya menunjukkan sikap keteladanan yang luhur.
Jangan sampai, ia mengatakan, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menimbulkan perpecahan nasional. Bahkan, ia juga tidak ingin kontestasi itu memupuskan harapan rakyat akan kesejahteraan, keadilan, dan ketenteraman.
“Berikan rakyat uswah hasanah, kegembiraan, dan harapan positif untuk hidup lebih baik, serta terjamin hak-haknya selaku pemberi mandat kedaulatan di republik ini,” kata Haedar dalam keterangan tertulisnya, Ahad (12/8).
Haedar mengibaratkan penantian yang panjang akan harapan-harapan besar itu dalam konteks drama karya seorang pengarang Prancis/Irlandia, Samuel Beckett. Lakon Menunggu Godot menunjukkan absurditas para tokoh yang sedang menunggu kehadiran Godot.
Meskipun namanya selalu disebut-sebut, sosok ini tidak kunjung tiba sampai akhir cerita. “Jangan biarkan rakyat yang penuh nestapa, tetapi masih memiliki harapan itu seolah-olah menunggu Godot,” ujar Haedar.
Dia menambahkan, Muhammadiyah percaya bila seluruh komponen bangsa berkomitmen pada cita-cita bersama, maka perhelatan politik akbar itu akan berlangsung aman dan lancar. Dalam perspektifnya, Pilpres 2019 sudah semestinya menjadi suatu momentum pembuktian sikap kenegarawanan dari para pemimpin dan elite politik.
Dengan demikian, ia menyatakan, segenap rakyat Indonesia dapat menyaksikan pemilu yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan. Ia menambahkan ajang ini bukan tentang siapa yang memeroleh suara terbanyak.
Ia mengatakan pilpres merupakan arena untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Merdeka, sebagaimana telah digariskan para bapak pendiri bangsa. Karena itu, ia berharap, kontestasi politik tidak semata-mata ingin sukses meraih kekuasaan.
Ia menuturkan hal yang tidak kalah penting, yakni meniscayakan komitmen dan usaha yang sungguh-sungguh dalam mewujudkan idealisme, nilai dasar, dan cita-cita nasional yang luhur. “Sebagaimana telah diletakkan para pendiri bangsa,” kata mubaligh yang lahir di Bandung, Jawa Barat, itu.
Terdapat dua pasangan yang sudah mendaftar ke KPU. Mereka adalah pejawat Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Jokowi-Ma’ruf sudah menjalani pemeriksaan kesehatan kemarin, sedangkan Prabowo-Sandiaga akan melakoninya hari ini.
Selanjutnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu akan melakukan verifikasi dan mengumumkan pasangan capres-cawapres pada 20 September nanti.
Sehari kemudian, KPU harus memberikan nomor urut kepada masing-masing kandidat. Masa kampanye berlangsung sejak 23 September 2018 hingga 13 April 2019. Pilpres itu sendiri akan dilaksanakan pada 17 April 2019.
“Semoga Allah SWT melimpahkan anugrah-Nya yang terbaik bagi bangsa dan negeri tercinta Indonesia, sehingga menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang makmur dan diridhai Tuhan)!” kata Haedar.