REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto meminta maaf karena adanya kesimpangsiuran data korban gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Perbedaan data itu ia sebut karena perbedaan pengambilan data di sana.
"Kemarin memang ada perbedaan jumlah orang meninggal ya. Saya minta maaf. (Tapi) sumbernya tidak salah semuanya," ungkap Wiranto usai melaksanakan rapat koordinasi khusus di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (9/8).
Menurut dia, ada perbedaan pengambilan data di lapangan oleh setiap institusi. Ada satu insititusi yang sumbernya berdasarkan laporan-laporan dari penduduk dan secara formal kepada aparat-aparat desa.
"Tapi ada pendataan langsung yang door to door oleh Koramil, Babinsa, Binpolda. Itu belut-betul mendata yang meninggal, yang langsung dikubur, tidak sempat di laporkan. Itu jumlahnya lebih besar," katanya.
Hasil dari pendataan yang terakhir ia terima, ada sebanyak 319 korban jiwa akibat gempa bumi berkekuatan 7 skala Richter itu. Agar tak terjadi kesimpangsiuran data lagi, mantan Panglima ABRI itu meminta seluruh pihak yang mendata untuk melakukan verifikasi terlebih dahulu secara bersama-sama sebelum diinfomasikan ke publik.
"Karena saya sudah memerintahkan untuk ada satu kepaduan humas di sana sebelum diumumkan ke publik, disesuaikan dulu jumlah orang meninggal, luka berat, dan sebagainya," ujar Wiranto.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban jiwa yang meninggal akibat gempa bumi yang mengguncang NTB, Ahad (5/8) kemarin mencapai 259 jiwa. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, disepakati bahwa data resmi adalah dari Posko Utama yang selanjutnya BNPB yang menyampaikan ke luar kepada masyarakat dan media sebagai data resmi.
"Hingga Kamis (9/8) pukul 17.00 WIB (H+4), jumlah korban meninggal dunia akibat gempa 7 skala richter (SR) yang mengguncang NTB dan Bali adalah 259 jiwa yang terverifikasi meninggal dunia," katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis.
Perinciannya, kata dia, di Kabupaten Lombok Utara 212 orang, Lombok Barat 26 orang, Lombok Timur 11 jiwa, Kota Mataram enam orang, Lombok Tengah dua orang, dan Kota Denpasar dua orang. Ia menambahkan, data ini masih akan terus bertambah mengingat tim pencari dan penyelamat (SAR) masih menemukan korban di reruntuhan bangunan dan masih diidentifikasi.
"Sehingga data korban meninggal dunia akan bertambah," ujarnya.
Tak hanya itu, sebanyak 1.033 orang luka berat dan masih dirawat inap di rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Kemudian pengungsi sebanyak 270.168 orang yang tersebar di banyak tempat.
Jumlah pengungsi ini juga sementara karena belum semua pengungsi terdata baik. Kerusakan fisik meliputi 67.857 unit rumah rusak, 468 sekolah rusak, enam jembatan rusak, tiga rumah sakit rusak, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushola rusak, dan 20 unit perkantoran rusak.
"Angka ini juga sementara," katanya.