Kamis 09 Aug 2018 16:38 WIB

Sultan HB X Apresiasi Karya Anak Difabel

Berbagai lukisan dan kerajinan dipamerkan dalam acara tersebut.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Sultan HB X bersama anak-anak difabel pada pembukaan Pameran Seni Rupa Inklusif dan Aksesibel.
Foto: Silvy Dian Setiawan.
Sultan HB X bersama anak-anak difabel pada pembukaan Pameran Seni Rupa Inklusif dan Aksesibel.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Puluhan karya anak difabel dipamerkan di Pameran Seni Rupa Inklusif dan Aksesibel yang diselenggarakan oleh Kelompok Perspektif Yogyakarta di Museum Negeri Sonobudoyo, Yogyakarta. Pameran itu resmi dibuka oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengkubuwono X,  dan akan diselenggarakan hingga 12 Agustus mendatang.

Pada kesempatan itu, Sultan mengapresiasi karya-karya yang dibuat oleh anak-anak difabel tersebut. Berbagai lukisan dan kerajinan dipamerkan dalam acara tersebut. Sebanyak 18 seniman yang ikut berpartisipasi, di mana 16 seniman merupakan anak difabel dan dua lainnya seniman non difabel.

Menurut Sultan, karya-karya tersebut juga tidak kalah bagus dari karya seniman lainnya. Namun, ia masih prihatin karena anak-anak difabel tersebut masih belum memiliki kesempatan yang besar untuk menampilkan karya-karyanya.

"Kekurangan mereka (anak difabel) adalah kekurangan kesempatan untuk menampilkan hasil-hasil karya-karyanya dalam pameran seperti ini," kata Sultan, di Museum Negeri Sonobudoyo, Yogyakarta.

Ia berharap agar penyelenggaraan pameran tersebut selalu digalakkan. Sehingga dapat memberikan kesempatan kepada kaum difabel untuk terus meningkatkan kemampuannya.

"Saya berharap agar pemilik galeri-galeri seni rupa juga turut terpanggil untuk menantang mereka untuk berkarya," tambahnya.

Ketua Perspektif Sri Hartaningsih mengatakan, digelarnya pameran tersebut sebagai upaya untuk menumbuhkan kepercayaan diri terhadap anak-anak difabel dalam menciptakan sebuah karya. Bahkan, juga untuk orang tua.

"Pameran bagi kami merupakan apresiasi atas terjalinya dukungan positif antara anak dan keluarga. Apresiasi terhadap setiap proses yg telah ditumbuhkan dibangun dan dijaga sehingga anak-anak mau dan mampu berkegiatan positif menciptakan karya," kata Sri.

Ia menuturkan, dengan mengajarkan anak-anak difabel untuk menciptakan sebuah karya, merupakan sebuah terapi. Terapi dalam hal ini yaitu terapi dalam bentuk penguatan mental, melatih kedisiplinan, dan ketekunan.

"Kami berniat bersama untuk membangun dan menyebarluaskan menanamkan pola pikir atau perspektif kesetaraan," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement