Kamis 09 Aug 2018 13:45 WIB

Nilai Andi Arief Lempar Fitnah, PKS Siapkan Langkah Hukum

Andi Arief menyebut Sandiaga membayar Rp 500 miliar agar menjadi cawapres Prabowo.

Rep: Febrianto Adi Saputro, Ali Mansur/ Red: Andri Saubani
Wasekjen Demokrat Andi Arief memberikan keterangan perihal tudingannya terhadap Prabowo Subianto sebagai Jendral Kardus, di kediaman Ketum Demokrat SBY di Mega Kuningan, Kamis (9/8) dini hari.
Foto: Republika/Farah Nabila Noersativa
Wasekjen Demokrat Andi Arief memberikan keterangan perihal tudingannya terhadap Prabowo Subianto sebagai Jendral Kardus, di kediaman Ketum Demokrat SBY di Mega Kuningan, Kamis (9/8) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membantah pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Andi Arief yang yang menyebut PKS menerima Rp 500 miliar dari Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno terkait pencapresan. PKS memutuskan untuk memejahijaukan Andi Arief.

Ketua DPP PKS Ledia Hanifa menegaskan, bahwa tudingan Andi Arief sangat serius. Karena, menurutnya, menerima mahar politik dalam proses pencalonan presiden adalah tindakan pidana pemilu yang fatal.

"Pernyataan Andi Arief jelas fitnah keji. Ini tudingan tidak main-main yang memiliki konsekuensi hukum terhadap yang bersangkutan," tegas Ledia dalam pesan singkatnya, Kamis (9/8).

PKS, ujar Ledia, siap untuk membawa cicitan fitnah Andi Arief ke ranah hukum. Ia menyebut Andi Arief sebagai petinggi partai politik yang sempat berkuasa di Indonesia tidak selayaknya sembarangan melempar fitnah kepada institusi secara terbuka.

"Saya melihat tidak ada klarifikasi resmi dari partainya sehingga kami menyimpulkan ini juga merupakan sikap institusi partai tempat Andi Arief bernaung," papar dia.

Anggota Dewan Majelis Syuro PKS Aboe Bakar Alhabsyi juga membantah tudingan Andi Arief. Menurutnya, PKS akan membawa cicitan tersebut ke ranah hukum.

"Jika Andi Arief memang memiliki bukti, silakan saja buat laporan kepada aparat yang berwenang. Janganlah kemudian mengumbar fitnah lantaran kecewa AHY tidak diakomodir oleh Prabowo," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (9/8).

Ia menilai bahwa penyataan tersebut adalah pernyataan pribadi. Bahkan ia enggan ikut campur di dalam perseteruan tersebut.

"Kami tidak mau turut campur dengan problem atau perseteruan tersebut," ucapnya.

Sebelumnya, dalam akun Twitter-nya, Andi Arief menyebut bahwa bahwa Partai Demokrat tidak mengalami kecocokan dengan koalisi yang ada. Karena, kata Andi Arief, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dalam menentukan calon wakil presiden (cawapres) dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Bahkan Ia mengatakan Prabowo sebagai 'Jenderal Kardus'.

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus," tulis Andi Arief.

Kepada wartawan, Kamis dini hari, Andi Arief menyatakan dirinya tak pernah membuat isu selama dia berkarier politik. Hal itu dia katakan untuk memastikan apa yang dia tudingkan kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bukanlah isapan jempol.

“Saya Andi Arief tidak pernah membuat isu dalam karier politik saya,” ujar Andi.

Dia juga menyatakan, apa yang dia ungkap di akun media sosial Twitter miliknya merupakan unggahan yang ia kirimkan secara sadar. Dia menyebut tak pernah berbohong sehingga dia berani mempublikasikan pernyataan itu.

“Benar saya sadar dan bisa dicek dalam karier politik saya saya tidak pernah bohong dan data saya selalu akurat,” kata Andi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement