REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memperbarui jumlah korban akibat gempa Lombok yang terjadi, pada Ahad (5/8) lalu. Data BNPB sementara 131 jiwa meninggal dunia, 1.477 orang luka berat dan dirawat inap di rumah sakit, 156.003 orang mengungsi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan data sementara 131 korban meninggal masih mungkin bertambah, mengingat pendataan belum semuanya selesai dilakukan. "Selain itu, korban belum semua ditemukan oleh Tim SAR gabungan," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/8).
Dari 131 korban meninggal, dan korban yang paling terdampak, Sutopo mengungkapkan Kabupaten Lombok Utara paling parah terdampak bencana. Dari 131 orang meninggal dari Kabupaten Lombok Utara berjumlah 78 orang, Lombok Barat 24 orang, Lombok Timur 19 orang, Kota Mataram enam orang, Lombok Tengah dua orang, dan Kota Denpasar dua orang.
Saat ini, papar Sutopo, pihaknya sedang mengecek kabar yang berkembang di media sosial soal data jumlah korban meninggal yang lebih banyak. Pada pertemuan Camat se-Kabupaten Lombok Utara sebelumnya disebutkan jumlah korban 347 orang meninggal dunia. "Posko BNPB dan Pusdalops BPBD NTB masih melakukan verifikasi kebenaran data tersebut," sebut Sutopo.
Sebab, lanjut dia, verifikasi laporan data korban harus dilampirkan identitas korban yaitu nama, usia, jenis kelamin dan alamat asal untuk menyatakan data korban korban tersebut benar. BNPB dan BPBD NTB sudah meminta Bupati Lombok Utara untuk memberikan lampiran identitas korban meninggal.
Jumlah pengungsi pun dikatakan sutopo masih akan bertambah. Saat ini data sementara 156.003 orang yang tersebar di Lombok Utara 55.390 orang, Lombok Timur 29.195 orang, Lombok Barat 39.599 orang dan Kota Mataram 31.819 orang. Terkait kerusakan bangunan, BNPB mengungkapkan 42.239 unit rumah rusak dan 458 unit sekolah rusak.
"Diperkirakan data juga akan bertambah mengingat belum semua pengungsi terdata dengan baik," ujarnya.
Untuk beberapa hari ke depan, tim SAR gabungan terus melakukan evakuasi dan penyisiran terhadap korban yang masih tertimbun bangunan yang roboh. Evakuasi mengerahkan 14 alat berat, empat anjing pelacak dan personel gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan.
Kebutuhan dasar pengungsi, disampaikan Sutopo juga terus ditambah. Dapur umum dan dapur lapangan telah didirikan di beberapa tempat oleh TNI, Polri, Tagana, SKPD, BPBD Jawa Tengah, NGO, dan masyarakat. Untuk logistik, 100 ton beras telah dikeluarkan dari Depo Logistik oleh Dinas Sosial dan BPBD NTB.
Distribusi bantuan telah dikerahkan mengerahkan relawan-relawan dengan kendaraan untuk menyalurkan ke daerah-daerah yang terisolir dan belum menerima bantuan. Lebih dari 200 kendaraan mengakut logistik kebutuhan dasar pengungsi seperti permakanan, air mineral, selimut, tikar, pakaian dan sebagainya telah disalurkan dari Gudang BPBD NTB.