Rabu 08 Aug 2018 22:06 WIB

Warga Teluknaga Keluhkan Sungai Desa Mengering

Sungai desa menjadi andalan warga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Rep: Yoriesta Afnenda Ramizal/ Red: Ani Nursalikah
Rutinitas ibu-ibu mencuci di kali tepat di samping jalan raya, di tengah keterbatasan air bersih, Desa Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Rabu (8/8).
Foto: Republika/Yoriestafnenda
Rutinitas ibu-ibu mencuci di kali tepat di samping jalan raya, di tengah keterbatasan air bersih, Desa Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Rabu (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kekeringan melanda Desa Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Warga desa tersebut menggantungkan hidupnya pada sungai umum.

Sehari-hari warga mencuci pakaian di sungai, namun kondisi sungai sangat tidak kondusif untuk dijadikan tempat mencuci pakaian. Sungai menjadi dangkal akibat kekeringan. Menurut perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pondok Betung, beberapa waktu lalu kepada Republika.co.id, kekeringan akan terjadi sampai November.

"Ini emang kali umum, biasanya air mengalir. Tapi memang lagi begini (kekeringan) nggak mengalir, berhubung nggak ada hujan jadi kering," ujar Ketua Rukun Warga (RW) 02 Desa Teluknaga Saidi, Rabu (8/8).

Aliran air sungai itu berasal dari Sungai Cisadane yang kebetulan sedang ditutup oleh Perusahaan Daerah Air Minun (PDAM) untuk pengecoran dan pembuatan pipa di sekitar Jalan Raya Kampung Melayu itu. Salah satu pegawai Kantor Kepala Desa Bidang Pemberdayaan Masyarakat Abdul Aziz membenarkan hal tersebut.

"Saya kurang tahu kapan selesainya," ujar Abdul.

photo
Rutinitas ibu-ibu mencuci di kali tepat di samping jalan raya, di tengah keterbatasan air bersih, Desa Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Rabu (8/8).

Musim kemarau dan penutupan aliran Sungai Cisadane semakin menghambat masuknya air ke pemukiman warga saat ini. Rutinitas para ibu di Desa Teluknaga yang  mencuci pakaian di sungai sudah menjadi hal umum. Mereka mencuci di sungai  tepat di samping Jalan Raya Kampung Melayu Kabupaten Tangerang, Banten.

Mereka biasa mencuci dari pagi, mulai pukul 07.30 WIB hingga 09.30 WIB. Bahkan, ada beberapa ibu-ibu yang mencuci pakaian membutuhkan waktu lebih lama, karena jumlah pakaian yang banyak.

Mena (47 tahun) sudah tinggal puluhan lama di desa itu. Ia memanfaatkan air sungai untuk kehidupan sehari-harinya.

"Kali ini buat nyuci, masak dan bebenah, bahkan buat mandi juga dari air ini," ujar Mena.

Selain ibu-ibu mencuci baju di kali itu, anak-anak desa setempat juga menggunakan sungai untuk mandi. "Cucu saya juga mandi di kali, kalau lagi musim kering gini, mandi susah, apa-apa susah. Saya mah nggak punya sumur," katanya.

photo
Rutinitas ibu-ibu mencuci di kali tepat di samping jalan raya, di tengah keterbatasan air bersih, Desa Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Rabu (8/8).

Di Desa Teluknaga, hampir sebagian warga tidak memiliki sumur sehingga memang menggantungkan nasib dengan sungai itu. Selain Mena, Yana (26) yang juga tinggal cukup lama di desa itu mengakui ketinggian air tidak pernah naik, terutama di kekeringan.

"Kalau kering ya nggak naik airnya. Saya mah buat nyuci doang, kalau minum dan masak itu beli dari agen air bersih. Biasanya saya bisa dua jeriken buat tiga hari," ujar Yana

Mereka sudah mengalami kesulitan air bersih sejak lama. Jika mereka ingin mengonsumsi air bersih, maka mereka harus membelinya dari para agen air bersih. Agen air bersih menetapkan harga Rp 5.000 untuk dua jeriken berukuran 20 liter.

Pengambilan air dari para agen tersebut biasa diambil di rumah lurah yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah warga yang membutuhkan air bersih. Selain itu, air bersih juga bisa dibeli melalui pedagang air keliling. Pedagang air lewat permukiman warga sampai empat kali, mulai dari pukul 06.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Rokyhah (72) orang asli desa tersebut mengakui keperluan air bersih biasanya digunakan untuk konsumsi seperti kebutuhan minum dan memasak. Dia mengaku selama ini air bersih yang ia dapatkan langsung dari lurah tanpa membayar sepeser pun.

Kondisi sungai yang digunakan warga sangat kotor. Sampah terlihat berserakan di sela-sela rumput.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement