Rabu 08 Aug 2018 18:19 WIB

Embun Es Selimuti Gunung Bromo dan Semeru

Suhu terdingin terjadi pada dini hari yang menembus di bawah nol derajat celcius.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Nur Aini
Fenomena embun es di Semeru dan Bromo. Dok. Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Fenomena embun es di Semeru dan Bromo. Dok. Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Cuaca kemarau ekstrem yang menyelimuti wilayah Jawa Timur (Jatim) menimbulkan fenomena unik di Taman Nasional Bromo, Tengger, dan Semeru (TNBTS). Embun es kini menyelimuti di sejumlah titik di Bromo dan Semeru.

"Jadi seminggu sekarang di Bromo, kita menemukan embun es. Kalau orang lain sebutnya embun upas. Sementara cuaca kering, istilah lokal disebutnya bediding. Saya tidak tahu itu bahasa apa, Tengger atau Malang dan sebagainya," ujar Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas TNBTS, Sarif Hidayat kepada Republika.co.id, Rabu (8/8).

Saat ini, di Indonesia terutama Jatim berada di puncak musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas 1 Juanda, menyatakan hampir seluruh Jatim memasuki musim kemarau. Kondisi tersebut terpengaruh dari angin muson timur Australia yang membawa suhu dingin. Di siang hari, akan mengalami cuaca kering sedangkan malam dalam situasi ekstra dingin.

Adapun mengenai temuan embun es, laporan pertama diterima pada Ahad (29/7) pagi di Ranupani. Di lokasi yang saat itu bersuhu 0 derajat ditemukan embun es. Kemudian berlanjut pada Sabtu (4/8) pagi di Bromo.

"Di situ saluran air masyarakat pas diperiksa berubah jadi es," kata dia.

photo
Fenomena embun es di Semeru dan Bromo. Dok. Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS).

Tak hanya laporan dari pemantau di lapangan, Sarif pun berusaha mengecek kejadian itu di Ngadas dan Pasuruan. Sarif tak menemukan embun es tapi lebih merasa cuaca yang lebih dingin. Di wilayah Penanjakan Bromo, ia sempat merasakan suhu empat derajat sekitar pukul 03.00 sampai 04.30 WIB.

Meski dingin, Sarif mengaku, hingga kini tidak mendapatkan laporan keluhan dari pengunjung. Mereka justru tertarik datang untuk menyaksikan fenomena unik tersebut. Bahkan, ia sempat bertemu sepasang suami istri beserta bayinya di Penanjakan Bromo beberapa waktu lalu.

photo
Fenomena embun es di Semeru dan Bromo. Dok. Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS).

Menurut Sarif, fenomena tersebut kemungkinan masih akan terjadi beberapa hari ke depan. Hal itu jika merujuk pada hasil penelitian BMKG Klas 1 Juanda pada Jumat (3/8). "Prediksinya di informasi tersebut dari 3 Agustus sampai tujuh hari ke depan," ujarnya.

Pada kesempatan lain, Pendaki Sisca Angelina mengaku sempat merasakan cuaca ekstrem saat mendaki Gunung Semeru pada 29 Juli hingga 1 Agustus lalu. Cuaca terdingin dialaminya saat berada di Ranu Kumbolo dan Kalimati. Di dua lokasi itu, kata dia, suhunya mencapai minus empat derajat sekitar pukul 01.00 hingga 03.00 WIB.

"Mulai hangat ya karena ada matahari. Saya minum teh panas didiamin lima menit saja sudah dingin lagi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement