Rabu 08 Aug 2018 11:16 WIB

19 Kabupaten di Jabar Terdampak Kekeringan

Daerah yang terdampak paling parah adalah kabupaten Indramayu

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Esthi Maharani
Petani memanen padi di area persawahan yang dilanda puso / Ilustrasi
Foto: Antara/Rahmad
Petani memanen padi di area persawahan yang dilanda puso / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah lahan pertanian di 19 kabupaten di Jawa Barat terdampak kekeringan. Sekda Jabar Iwa Karniwa mengatakan dari laporan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jabar per 3 Agustus lalu, lahan pertanian yang terdampak kekeringan mencapai 12.572 hektare. Rinciannya, 5.023 hektare kekeriangan ringan, 3.838 hektare kekeringan sedang, dan 2.950 hektare kekeringan berat.

"Sementara yang terkena puso 748 hektare,” ujar Iwa kepada wartawan di Bandung, Selasa malam (7/8).

 

Menurut Iwa, dari 19 kabupaten, daerah yang terdampak paling parah adalah Kabupaten Indramayu. Berdasarkan catatan Pemprov Jabar, sebanyak 5.314 hektar mengalami dampak ringan, 1.772 hektare sedang, lalu 1.321 hektare kekeringan berat sisanya sebanyak 282 hektar mengalami puso.

Dampak kekeringan tersebut, kata dia, merata di 11 kecamatan Indramayu. Terutama, terparah ada di Kecamatan Kandanghaur dan Gabus Wetan ada ratusan hektar gagal panen atau puso.

"Paling ringan ada di Kecamatan Balongan yang mengalami kekeringan hanya 28 hektar,” katanya.

 

Tercatat sejumlah di luar Indramayu juga mengalami puso yakni Majalengka sebanyak 20 hektare, Garut 133 hektare, Kabupaten Bogor 12 hektare, Sukabumi seluas 10 hektare, lalu Cianjur yang mengalami puso 1 hektare dan Sumedang dengan 14 hektare puso.

Begitu juga, kata dia, di Ciamis ada 92 hektare puso, Cirebon yang terkena 20 hektare, Kuningan 14 hektare terakhir Pangandaran cukup besar 170 hektare.

 

Pemprov Jabar, kata dia, bersama daerah yang terdampak sudah melakukan sejumlah penanganan di lapangan yakni dengan melakukan pompanisasi dan perbaikan saluran irigasi. Selain itu di sejumlah daerah juga dibuat sumur pantek dan pembuatan embung. “Sehingga diharapkan kadar kekeringan berubah, dari rusak berat jadi sedang, ringan jadi normal. Untuk kerugian masih kita hitung,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement