REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Madjid Politika Yandi Hermawandi menilai, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak akan memaksakan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk Prabowo Subianto. Yandi menilai, SBY adalah seorang negarawan yang paham memenangi kontestasi pilpres.
Yandi menilai, meski AHY diklaim sebagai kader terbaik Demokrat, namun SBY pasti tetap akan berhitung peluang untuk memenangkan pertarungan pilpres. "Pak SBY adalah negarawan yang paham strategi, jadi beliau paham bagaimana koalisi ini bisa memenangkan kontestasi di Pilpres 2019 nanti," ujarnya, Selasa (7/8).
Menurutnya, diplomasi yang disampaikan SBY kepada dua partai lainnnya yang akan berkoalisi yaitu PAN dan PKS juga sudah jelas, untuk tidak memaksakan AHY. Jika AHY tidak menjadi calon wakil presiden dari Prabowo, maka ia dapat ditempatkan di posisi penting dalam tim pemenangan, kata Yandi.
Sementara itu, hingga kini, Prabowo terus melakukan serangkaian pertemuan guna menggodok nama calon wakil presiden yang akan mendampinginya. Pada Senin (6/8) malam, Prabowo mengadakan pertemuan dengan GNPF, bersama dengan Amien Rais dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
GNPF selama ini mendorong nama-nama hasil ijtima' ulama di Jakarta beberapa waktu lalu, sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto. Dalam ijtima' ulama tersebut ada nama Ustadz Abdul Somad dan juga Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri, namun tidak ada nama AHY.
Sedangkan AHY diusung oleh Demokrat, setelah merapat ke koalisi Prabowo. Demokrat sepakat menjalin koalisi setelah SBY dan Prabowo bertemu pada Senin, 30 Juli 2018 lalu, di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta.
SBY sendiri saat bertemu dengan jajaran petinggi PKS seusai kesepakatan Kertanegara, menyampaikan bahwa calon wakil presiden diserahkan kepada calon presiden.