Rabu 08 Aug 2018 05:17 WIB

Mengenal Potensi Desa Senden di Boyolali

Desa Senden memiliki tradisi Festival Tungguk Tembakau.

Nasi Tumpeng jadi ikon kuliner tradisional Indonesia
Nasi Tumpeng jadi ikon kuliner tradisional Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Desa Senden Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah terus mempercantik diri. Desa ini menata tempat dan infrastruktur sehingga bisa menjadi tujuan wisata bagi turis lokal maupun internasional.

Beberapa jalan desa menuju Bukit Kinasih mulai dibeton agar memudahkan wisatawan berkunjung mencapai bukit. Dari bukit, mereka bisa menikmati matahari terbit dan melihat dengan jelas panorama keindahan Gunung Merapi dan Merbabu.

Desa Senden dahulunya merupakan daerah perkebunan. Kolonialisme telah menjadikan daerah tersebut sentra perkebunan teh dan kopi. Tetapi pasca-Belanda mengundurkan diri, daerah ini berubah menjadi lahan pertanian holtikultura dan tembakau.

Desa yang terletak di pegunungan antara Gunung Merbabu, Gunung Merapi dan juga Gunung Lawu itu mempunyai cuaca yang dingin dan sejuk. Penduduk setempat mempunyai tradisi setiap tahun yang bisa dinikmati oleh para wisatawan yaitu Tungguk Tembakau merupakan upacara ucapan rasa syukur penduduk setempat atas keberhasilan panen tembakau.

Biasanya tradisi tersebut dilakukan pada akhir Juli hingga awal Agustus 2018. Mulanya tradisi tersebut dilakukan orang per orang penduduk Desa Senden. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini dilakukan secara bersama-sama, sehingga bisa menarik wisatawan untuk hadir menyaksikan yang dikenal dengan Festival Tungguk Tembakau.

Ribuan masyarakat Desa Senden dan sekitarnya tumpah ruah merayakan syukuran kirab gunungan yang dikemas dalam acara Festival Tungguk Tembakau di lereng gunung Merbabu dan di lereng sebelah Timur gunung Merapi. Gunungan pertama berisi tembakau. Gunungan kedua berisi hasil bumi berupa sayur mayur mulai dari wartel, labu, sawi, brokoli, kacang panjang dan masih banyak jenis lainnya.

Dua gunungan tembakau dan sayur mayur itu diarak ke makam Gunung Sahari pada, Rabu (1/8) malam, sekitar mulai pukul 20:00 WIB. Sesampainya disana, warga semalaman bedoa di makam Gunung Sari untuk hasil panen yang melimpah.

Selain itu warga juga membawa tumpeng nasi kuning yang sebelumnya telah didoakan di makam Gunung Sari, oleh tua-tua Desa dan dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah Ginanjar Pranowo didampingi Wakil Bupati Boyolali Said Hidayat, Ketua DPRD Boyolali Paryanto, Perwakilan Dirjen Kebudayaan, Serta Camat Selo dan Kades Senden.

Setelah di doakan semalaman keesokan harinya dua gunungan tersebut kembali diarak ditengah upacara, kemudian warga berebut dua gunungan tersebut untuk mendapatkan berkah agar bisa mendapatkan hasil panen yang baik selanjutnya.

Potensi alam yang menakjubkan dan tradisi budaya yang menarik, tentunya merupakan modal yang kuat bagai Desa Senden untuk menjadi Desa tujuan wisata jika terus dikemas dengan baik.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai Desa Senden mempunyai potensi yang wisata yang dahsyat menjadi desa wisata karena alamnya yang indah dan tradisi budaya yang menarik.

"Kalau berbicara alam tidak ada duanya. Ketika kita menghadap kedepan kita melihat Gunung Merapi, belakang Gunung Merbabu dan juga terlihat Gunung Lawu, dahsyat sekali keindahannya," ujarnya.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendukung pengembangan desa wisata agar menjadi destinasi wisata yang menarik dikunjungi bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Menurut Ganjar, keindahan alam Desa Senden tidak ada duanya tinggal bagaimana mengelola desa tersebut menjadi destinasi yang menarik bagi para wisatawan untuk berkunjung.

"Sudah ada perbaikan infrastruktur untuk desa wisata di daerah tersebut. Pemerintah Provinsi Jateng tentunya mendukung," kata Ganjar.

Panitia Festival Tungguk Tembakau Desa Senden Dwi Kristianto mengatakan perayaan Tungguk Tembakau sebesar ini merupakan kali ketiga dilakukan di desa Senden. Sebelumnya, warga merayakan Tungguk Tembakau (ritual sajen) secara per orangan di ladang masing-masing sebelum panen.

Ritual Tungguk Tembakau merupakan kekayaan budaya lokal yang sudah sejak dulu dipertahankan, meskipun sebelumnya warga merayakannya sendiri-sendiri di ladang masing-masing. Tujuannya sebagai ucapan syukur agar hasil panen tembakau melimpah.

Tungguk Tembakau merupakan cara mereka menjaga keharmonisan dengan alam. Warga setempat tidak berani memanen tembakau kalau mereka belum melakukan upacara ritual ini sebagai wujud syukur mereka terhadap yang Kuasa yang telah memberikan rahmat atas hasil panen yang mereka dapatkan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement