REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Revolusi industri 4.0 telah merasuk dalam kehidupan masyarakat. Otomatis, hal ini pun telah merubah kegiatan ekonomi, termasuk dalam bidang pertanian. Oleh karena itu, kini, pemerintah tengah melakukan upaya agar para petani dapat lebih akrab dengan kemajuan teknologi.
Direktur Pemberdayaan Industri Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Septriana Tangkary mengatakan, langkah ini dilakukan dengan menghadirkan aplikasi petani go-online dan agromap.
“Dalam mengenalkan aplikasi ini kepada petani, Bantul dipilih menjadi salah satu lokasi pilot project,” ujar Septriana usai menjadi pemateri dalam sosialisai petani go-online dan agromap di Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Selasa (7/8).
Kehadiran dari aplikasi ini merupakan salah satu wujud dari program ekonomi kerakyatan dalam menggerakan perekonomian Indonesia dari sektor pertanian. Menurutnya, salah satu tujuan utama dari aplikasi petani go-online ini adalah untuk memotong mata rantai tengkulak.
Pasalnya, aplikasi yang dapat diunduh secara gratis dan dapat didaftarkan dengan menyantumkan nomor kertu tani ini dapat menghubungkan langsung antara petani dengan pembeli. “Dengan menggunakan aplikasi ini, maka petani dapat menikmati keuntungan penjualan yang lebih besar. Otomatis, hal ini juga akan mendongkrak angka produk domestik bruto,” ujarnya.
Sedangkan untuk agromap, aplikasi ini dihadirkan sebagai sarana untuk mempermudah petani dalam melakukan pemetaan lahan. Menurut dia, melalui aplikasi ini, petani dapat lebih dimudahkan dalam pemetaan potensi lahan yang ada, perkiraan bibit dan pupuk yang dibutuhkan serta pemetaan waktu untuk penanaman dan panen.
Selain itu, lanjutnya, aplikasi ini juga dapat memberikan masukan kepada petani terkait tanaman yang dapat ditanam pada masa-masa tertentu. Pasalnya, aplikasi ini memberikan masukan jenis tanaman berdasar dengan kebutuhan pasar yang ada pada waktu tersebut. Sehingga, dapat dipastikan bahwa tanaman yang dikembangkan adalah tanaman yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Untuk memudahkan dalam penerapan dari aplikasi ini, maka kami juga melibatkan penyuluh petani dan kelompok tani. Total, terdapat sekitar 40 ribu petani yang akan mendapat pendampingan dari para penyuluh,” kata dia.
Ia pun mengatakan, Purworejo juga menjadi salah satu titik pilot project atas program ini. Dalam waktu dekat, program ini juga akan digulirkan pada 21 titik di Jawa Tengah.