REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pertumbuhan ekonomi di daerah sepanjang kuartal II 2018 terdorong oleh adanya pilkada serentak pada Juli lalu. Di Sumatra Barat (Sumbar) misalnya, komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit untuk rumah tangga (LNPRT) mencatatkan pertumbuhan tertinggi dengan angka 6,61 persen.
Dalam komponen tersebut di dalamnya termasuk konsumsi masyarakat untuk proses pilkada di 4 kabupaten/kota di Sumatra Barat.
"Meski pertumbuhannya paling tinggi, namun kue yang disumbangkan komponen LNPRT relatif kecil," ujar Kepala BPS Sumbar Sukardi di kantornya, Senin (6/8).
Pertumbuhan tertinggi kedua dari sisi pengeluaran, ditempati oleh konsumsi rumah tangga dengan angka pertumbuhan 5,23 persen, diikuti komponen investasi sebesar 2,67 persen. Sementara dalam struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatra Barat, aktivitas permintaan masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga dengan angka 52,04 persen yang mencakup lebih dari separuh PDRB Sumbar.
Posisi kedua ditempati oleh investasi dengan porsi 29,13 persen, diikuti konsumsi pemerintah dengan porsi 11,85 persen, dan ekspor luar negeri dengan angka 8,9 persen. Namun, ekspor luar negeri Sumbar tercatat tumbuh minus 19,71 persen pada kuartal II 2018 dibanding periode tahun lalu. Belum pulihnya harga CPO diyakini menjadi penyebab utamanya.
Khusus untuk investasi, realisasi investasi di Sumbar selama kuartal I 2018 tercatat Rp 1,4 trilun, masih cukup jauh di bawah targetnya Rp 4,1 triliun sepanjang tahun ini.
Kepala Dinas Penanaman Modal (DPM) dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Sumbar Maswar Dedi menyebutkan, realisasi investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 568 miliar dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 892 miliar.
"Kalau PMA sudah mencapai 80 persen, sedang PMDN baru berjalan sebesar 26 persen," ujar Maswar.
Secara umum, tren perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat masih berlanjut sampai kuartal II 2018. Pertumbuhan ekonomi Sumbar tak kunjung pulih sejak 2016 lalu. BPS Sumbar merilis, ekonomi Sumbar hanya mampu tumbuh sebesar 5,08 persen pada kuartal II 2018 (tahun ke tahun / yoy). Bahkan angka itu juga di bawah angka pertumbuhan ekonomi nasional yakni 5,27 persen.
Angka pertumbuhan 5,08 persen tersebut masih lebih rendah dibanding raihan pada kuartal II 2017 sebesar 5,36 persen (yoy) dan kuartal II 2016 sebesar 5,85 persen (yoy). Meski begitu, secara kuartalan ekonomi Sumbar mampu tumbuh 3,08 persen lantaran didukung peningkatan konsumsi rumah tangga pada periode Lebaran 2018.