REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Ulah sebagian masyarakat yang abai terhadap kelestarian lingkungan sungai terus mengancam keberadaan berbagai jenis ikan endemik yang ada di negeri ini. Bahkan sejumlah spesies ikan endemik, seperti wader, tawes, dan melem , saat ini sudah diambang kepunahan akibat kerusakan ekosistem sungai.
Karena penangkapan ikan dengan cara menyetrum atau menggunakan bahan kimia. Tak terkecuali sejumlah sungai yang ada di wilayah Desa Lanjan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang selama ini menjadi habitat dari ikan tawes serta ikan melem.
“Warga di desa ini, sudah tidak bisa lagi menangkap kedua jenis ikan, ini karena sudah hampir punah,” kata Ketua Wild Water Indonesia (WWI) Semarang, Margiyanto, Ahad (5/8).
Guna menjaga keberlangsungan spesies ikan endemik tersebut, jelasnya, WWI Semarang melakukan penebaran benih ikan tawes dan ikan melem di beberapa sungai di wilayah Desa Lanjan.
Jaringan relawan peduli perairan ini juga melakukan edukasi kepada warga setempat untuk menjaga kelestarian ikan-ikan endemik tersebut melalui hal-hal yang paling sederhana.
Misalnya tidak membuang sampah di badan sungai, apalagi sampah yang mengandung bahan kimia berbahaya dan berpotensi merusak ekosistem sungai sebagai habitat ikan endemik tersebut.
Selain itu juga ikut menjaga sungai dari berbagai tindakan serta perilaku penangkapan ikan yang dapat merusak ekosistem sungai.
“Warga Lanjan sebenarnya sudah sadar menangkap ikan dengan menyetrum, namun cara-cara tersebut jamak dilakukan oleh penangkap ikan dari luar Sumowono,” ungkapnya.
Margiyanto menambahkan, dalam kegiatan ini WWI juga melibatkan Marginal Fishing dan warga Desa Lanjan. Sebanyak 5.000 ekor benih ikan tawes dan melem ditebar di habitat Sungai Ringin.
Hal ini dilakukan untuk mendukung pemulihan sekaligus penyelamatan ikan endemik yang semakin terancam. Pada saat yang sama, juga diberikan pemahaman kepada warga tentang bagaimana cara penanganan sampah yang baik.
Menurutnya, 30 persen dari sampah yang terkumpul, lanjut dia, mestinya bisa diolah dan didaur ulang agar mempunyai nilai ekonomis atau digunakan untuk membeli bibit ikan.
Setelah di Sungai Ringin, kegiatan yang sama juga akan dilakukan WWI di sungai-sungai lainnya, di Kecamatan Sumowono. “Ini bagian dari upaya pemulihan sungai sebagai ekosistem ikan endemik,” jelasnya.
Sementara itu, Camat Sumowono, Suharnoto mengatakan, ekosistem air memang perlu dijaga untuk masa depan yang lebih baik dan ini akan efektif dengan melibatkan masyarakat.
Pemerintah Kecamatan Sumowono sudah memasang sejumlah spanduk plastik berisi imbauan serta larangan bagi aktivitas yang merusak lingkungan sungai. Termasuk sosialisasi ancaman bagi perusak lingkungan.
Sedangkan untuk mengendalikan sampah di sungai, juga dipasang jaring di bantaran Sungai Ringin dan Sungai Banteng agar sungai aman dari sampah yang dibuang sembarangan.
Ia pun berharap warga Kecamatan Sumowono ikut peduli untuk menjaga dan mengawasi lingkungan sungai di lingkungannya masing-masing.
“Sehingga upaya untuk mengembalikan habitat ikan endemik ini bisa dilakukan lebih optimal,” katanya.