REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Anak Berkebutuah Khusus (ABK) sebenarnya juga memiliki potensi yang terpendam. Hanya saja, diperlukan strategi khusus untuk dapat menggali potensi terpendam itu.
Konsultan Kemuning Kembar, Anggiastri Hanantyasari Utami mengatakan, salah satu cara yang efektif dalam menggali potensi ABK adalah dengan terapi seni. “Terapi ini dapat dilakukan dengan mengajak ABK untuk membuat sebuah karya seni sederhana atau terlibat dalam sebuah pertunjukan seni,” ujar Anggi, kepada Republika.co.id, di sela pertunjukan Operet Timun Mas Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 2 Yogyakarta, di Taman Budaya Yogyakarta.
Menurutnya, operet ini pun merupakan rangkaian kegiatan dari terapi seni yang diberikan dari ABK di SLB N 2 Yogyakarta. Selain melaui proses latihan untuk pertunjukan itu, seluruh AKB pun juga dilibatkan dalam membuat ornamen pertunjukan dengan mewarnai botol bekas dan ornamen lainya.
“Melalui terapi seni, potensi ABK dapat lebih tergali. Selain itu, terapi ini juga dapat membatu komunikasi antara ABK dan orang tua,” kata dia.
Pertunjukan ini sendiri merupakan wujud dari corporate social responsibility (CSR) dari Nivea yang dikemas dalam program Nivea Sentuhan Ibu. Dalam program ini, Nivea tak hanya fokus pada ABK, namun juga pada orang tua dan pendaping dari masing-masing ABK.
Para ibu peserta program Nivea Sentuhan Ibu telah menjalani sembilan sesi dalam program ini dari November 2017 sampai Februari 2018. Seluruh sesi ini disesuaikan dengan karakter orang tua dan ketunaan di sini.
“Pada sesi tersebut, para ibu diberikan materi mulai dari memahami anak, bagaimana cara mengelola emosi dan menjadi pendengar yang baik, alternatif dalam berkomunikasi terhadap anak berkebutuhan khusus, sampai mengenali potensi pada anak untuk masa depan mereka,” ujarnya.
Seluruh sesi ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan, seperti bermain peran atau roleplay. Di akhir sesi, dalam operet ini, para peserta diajak mengikuti kegiatan luar ruang untuk mengasah kemampuan kerja sama dalam berbagai tantangan.
Media Manager PT Beiersdorf Indonesia, Diana Riaya, mengatakan Nivea Sentuhan Ibu ingin memberdayakan para ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus dengan meningkatkan kapasitas dan kepercayaan diri melalui program parents advisory program dan training for trainers.
“Kali ini Nivea Sentuhan Ibu hadir di SLB Negeri 2 Yogyakarta karena adanya kebutuhan dari sisi orang tua yang sesuai dengan program Sentuhan Ibu yang akan diusung. Selain itu pihak sekolah juga sangat terbuka untuk memfasilitasi kegiatan ini,” kata Diana.
Ia pun mengatakan, Nivea bekerja sama dengan Kemuning Kembar untuk mengadakan program konseling untuk ibu dengan anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri 2 Yogyakarta yang sebagian besar mengalami tuna grahita.
Nivea dan Kemuning Kembar mengembangkan support system bagi para ibu untuk memberikan pengetahuan dan motivasi yang dibutuhkan seperti pembelajaran di kelas dan lapangan, diskusi kelompok, dan konseling pribadi.
Nivea sendiri sejak dua tahun terakbir telah fokus untuk mewujudkan CSR melaui program yang berkaitan dengan ABK. Tahun lalu, program serupa telah sukses dilakukan di Bandung. Kini, program ini dilakukan di Yogya dengan melibatkan 103 orang yang terdiri dari ibu, anak, dan guru pendamping.
Menurutnya, perhatian terhadap ABK karena disabilitas mulai menjadi masalah nasional yang besar. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1 dari 10 anak di Indonesia memiliki disabilitas.
Sedangkan, pemberdayaan ibu menjadi kunci penting untuk menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itulah, Nivea kemudian memutuskan untuk terjun dalam memberikan edukasi dan dukungan bagi orang tua dari ABK.
Operet yang dilakoni kali ini mengangkat dongeng anak, Timun Mas, yang bercerita mengenai seorang gadis pemberani yang mencoba untuk bertahan dan melarikan diri dari raksasa hijau jahat yang mencoba untuk menangkap dan memakannya.
Proses performance day ini diiringi dengan proses latihan yang menggunakan metode art therapy pada 40-50 orang tua dan anak yang terlibat pada penampilan hari ini. Kegiatan ini dilakukan tanpa melibatkan guru agar interaksi dan keterlibatan antara orang tua dan anak bisa lebih terasa.