Senin 06 Aug 2018 13:34 WIB

Gempa Lombok Makan Dua Korban Meninggal di Bali

Satu korban meninggal akibat reruntuhan tembok sementara lainnya serangan jantung.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Gita Amanda
Sejumlah warga melihat reruntuhan bangunan akibat gempa yang menimpa kendaraan di salah satu pusat perbelanjaan di Denpasar, Bali, Ahad (5/8).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Sejumlah warga melihat reruntuhan bangunan akibat gempa yang menimpa kendaraan di salah satu pusat perbelanjaan di Denpasar, Bali, Ahad (5/8).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali mendata dua orang meninggal dunia usai gempa berkekuatan 7,0 Skala Richter di Lombok Utara, Ahad (5/8) malam. Guncangan gempa yang dirasakan cukup keras di sejumlah wilayah di Bali itu menelan dua korban jiwa.

Total korban di Bali mencapai 60 orang. Rinciannya, dua orang meninggal dunia, 20 orang luka berat, dan 38 orang luka ringan. "Satu korban meninggal akibat gempa, yaitu tertimpa reruntuhan tembok, sementara satu orang lagi meninggal karena sakit jantung," kata Gubernur Provinsi Bali, Made Mangku Pastika dijumpai di Denpasar, Senin (6/8).

Korban yang meninggal tertimpa tembok berjenis kelamin perempuan bernama Ni Made Yuli Widiari (20 tahun). Widiari adalah warga asal Tegal Sari, Kabupaten Karangasem. Korban kedua adalah seorang wisatawan, bernama Slamet Widjaksono. Laki-laki berusia 64 tahun itu beralamat di Jalan Katalina 1 Nomor 10, Bandung, Jawa Barat.

BPBD Provinsi Bali mendata kedua korban meninggal dunia di Denpasar. Di ibu kota provinsi tersebut, enam orang mengalami luka berat, dan delapan orang luka ringan.

Tujuh orang luka berat dan 12 lainnya luka ringan terdata di Kabupaten Karangasem. Berikutnya adalah korban di Kabupaten Gianyar (3 luka berat, 7 luka ringan), Klungkung (1 luka berat, 6 luka ringan), Bangli (1 luka berat, 3 luka ringan), Tabanan (1 luka ringan), dan Buleleng (2 luka berat, 1 luka ringan).

Pastika mengatakan pihaknya telah memerintahkan tim untuk menginspeksi ke lapangan. Pertolongan segera diberikan, terutama untuk bangunan yang rusak parah, dan paling penting adalah korban luka.

Rumah sakit di daerah difasilitasi sedemikian rupa. Salah satunya mengantisipasi gempa besar terjadi kembali dan perawatan pasien harus dilakukan di dalam tenda.

"Tenda harus disiagakan, demikian juga genset di seluruh rumah sakit. Ini untuk berjaga jika saat tindakan operasi pasien terjadi gempa dan listrik mati. Aspek teknis seperti ini harus kita antisipasi," ujarnya.

Tak ketinggalan orang nomor satu di Bali ini mengimbau seluruh masyarakat dan wisatawan tenang. Pihak terkait akan terus memperbaharui informasi kondisi terkini di Bali.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement