Senin 06 Aug 2018 11:18 WIB

BNPB: Belum Semua Daerah Terdampak Gempa Dijangkau

Pusat gempa dekat dengan kawasan permukiman padat.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Teguh Firmansyah
Suadah (41), korban gempa bumi berkekuatan 7 pada skala richter (SR) menjalani perawatan di halaman Rumah Sakit Kota Mataram, Minggu (5/8).
Foto: Ahmad Subaidi/Antara
Suadah (41), korban gempa bumi berkekuatan 7 pada skala richter (SR) menjalani perawatan di halaman Rumah Sakit Kota Mataram, Minggu (5/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, belum semua daerah terdampak gempa bisa dijangkau petugas SAR gabungan. Proses pendataan pun hingga kini masih terus dilakukan.

“Belum semua wilayah terjangkau petugas SAR gabungan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di Kantor BNPB Jakarta, Senin (6/8).

Ia menjelaskan daerah paling parah terdampak gempa berkekuatan 7.0 SR berada di daerah Lombok Barat bagian utara dan Lombok Timur bagian utara. Sebab, pusat gempa dengan kedalaman 15 kilometer (km) berada di kawasan itu.

Sutopo mengatakan, pusat gempa berdekatan dengan kawasan permukiman padat penduduk. Hingga konferensi pers yang berlangsung pukul 10.00 WIB, terdata 91 korban meninggal dunia, 209 orang luka-luka, ribuan rumah rusak, ribuan warga mengungsi.

Baca juga, Info Potensi Tsunami Muncul Kurang Lima Menit dari Gempat NTB.

Data sementara itu diperkirakan akan masih terus bertambah, mengingat tim SAR belum menjangkau seluruh wilayah. “Pendataan masih dilakukan, belum semua wilayah terjangkau petugas gabungan,” ujar dia.

Sutopo mengatakan sebagian besar korban meninggal dunia disebabkan tertimpa bangunan yang runtuh. BNPB mengatakan semua korban terdata adalah warga negara Indonesia (WNI). Hingga saat ini belum terdata warga negara asing (WNA) yang menjadi korban gempa. 

Sementara itu, Geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto menduga gempa berkekuatan 7 skala Richter yang mengguncang Lombok, Ahad (5/8) petang, diakibatkan karena saat ini sudah waktu perulangannya pergerakan sesar Flores. Mengingat, terakhir gempa besar dari sesar Flores ini sudah 26 tahun lalu.

"Jika benar kemarin ada tsunami meskipun kecil sebagaimana yang dilaporkan, boleh jadi memang sumbernya dari pergerakan sesar flores. Dan mungkin memang sudah waktu perulangannya," kata saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/8).

Eko menerangkan, gempa dengan skala sekitar 7 Richter memiliki perulangan pergerakan sekitar 30 hingga 50 tahunan. Namun itu pun jika yang bergerak segmen yang sama. Karena meskipun sesarnya sama, yang bergerak bisa segmen (bagian sesar) yang berbeda.

"Penyebab gempa kemarin (di Lombok) dan gempa dan tsunami Maumere 1992 mungkin adalah sama-sama pergerakan sesar flores, tapi segmen yang bergerak berbeda. Kalau yang kemarin segmen yang gerak sepertinya ujung barat sesar Flores, sementara yang 1992 adalah ujung timur sesar itu," jelas Eko.

photo
Pelajar SMA Informatika Ciamis, Jawa Barat melaksanakan shalat gaib dan memanjatkan doa bagi korban gempa Lombok, Senin (6/8).

Eko mengungkapkan sebenarnya ada ribuan sesar di wilayah Indonesia baik di darat maupun laut. Namun baru sangat sedikit yang sudah diidentifikasi dan diketahui serta dipahami perilakunya. Sesar Flores, lanjut Eko, termasuk yang sudah diketahui keberadaannya meskipun belum detil dan dipahami perilakunya.

Sesar Flores dalam istilah geologi disebut back-arc thrust atau sesar naik busur belakang yang memanjang di dalam laut dari utara Pulau Flores hingga Laut Utara Lombok. Bahkan menurut Eko, beberapa orang menduga bahwa sesar ini memanjang sampai laut di utara Pulau Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement