Senin 06 Aug 2018 10:21 WIB

Laskar Hijau, Bergotong Royong Menyelamatkan Gunung Lemongan

Laskar Hijau merupakan relawan yang berjuang mengembalikan lingkungan yang rusak..

photo      Pendiri Laskar Hijau A’ak Abdullah al-Kudus.
Foto: Kemenko PMK
photo Pendiri Laskar Hijau A’ak Abdullah al-Kudus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- A’ak Abdullah al-Kudus, pria kelahiran Lumajang, 12 Oktober 1974 dan bapak dari empat anak menjadi salah satu contoh nyata bahwa kegiatan menjaga lingkungan tidak berbenturan dengan usahanya dalam  menafkahi keluarga. Ia mendirikan laskar hijau bersama warga sekitar dengan semangat gotong royong dan kesukarelaan.

Dalam penjelasannya tentang aktivitas konservasi alam di acara "Curah Pendapat Implementasi Revolusi Mental" yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) selama tiga hari, A’ak mendeskripsikan tentang apa saja yang sudah dilakukan oleh Laskar Hijau, organisasi konservasi alam yang ia dirikan. A’ak menjelaskan bahwa Laskar Hijau merupakan organisasi relawan penghijauan yang berjuang untuk mengembalikan lingkungan yang rusak kembali menjadi ekosistem alami melalui gerakan penghijauan dengan konsep hutan setaman.

photo
Pendiri Laskar Hijau A’ak Abdullah al-Kudus.

Laskar Hijau didirikan di tahun 2005 dengan prinsip swadaya. “Kami mengandalkan bantuan keikhlasan relawan. Kami juga memulung sampah daur ulang untuk menjadi pengganti polybag dan memulung biji-bijan untuk disemai,” ungkapnya.

Ditanya soal nilai utama Revolusi Mental yaitu Integritas, Etos Kerja dan Gotong Royong, A’ak menjawabnya dengan yakin bahwa nilai utama tersebut sudah menyatu dengan aktivitas Gerakan Laskar Hijau. “Kami bergotong royong untuk membuat Indonesia menjadi lebih bersih dan lebih hijau. Gotong royong bagi kami adalah nilai kearifan lokal yang perlu terus tersosialisasi dan terpraktikkan agar tidak tergerus oleh perubahan zaman,” ujarnya.

Inisiatif untuk menanam dan membentuk Laskar Hijau tercetus karena kondisi debit air di Ranu Klakah mulai berkurang akibat pembalakan liar (illegal logging) dari tahun 1998 hingga 2002 di hutan lindung sekitar Gunung Lemongan. “Dulu sekali di sekitar gunung Lemongan ada puluhan sumber mata air. Lalu pasca pembalakan di tahun 1998 jadi berkurang,”  tambah A’ak.

Pengagum Gus Dur ini melanjutkan ceritanya bahwa saat ini konservasi Laskar Hijau masih fokus di Gunung Lemongan. Tapi A'ak mengaku Laskar Hijau tak bisa menolak permintaan dari berbagai daerah seperti Banyuwangi, Probolinggo, Malang dan Sumenep untuk menjadi bagian dari laskar untuk daerah mereka.

Di akhir wawancara, A'ak mengajak masyarakat agar tiap hari meningkatkan kesadaran untuk selalu berubah lebih baik. “Terutama sebelum memulai aktivitas di pagi hari. Kontrol diri untuk tidak membuang sampah sembarangan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement