REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto menduga gempa berkekuatan 7 skala Richter (SR) yang mengguncang Lombok, Ahad (5/8) petang, diakibatkan karena saat ini sudah waktu perulangannya pergerakan sesar Flores. Mengingat, terakhir gempa besar dari sesar Flores ini sudah 26 tahun lalu.
"Jika benar kemarin ada tsunami meskipun kecil sebagaimana yang dilaporkan, boleh jadi memang sumbernya dari pergerakan sesar flores. Dan mungkin memang sudah waktu perulangannya," kata saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/8).
Eko menerangkan, gempa dengan skala sekitar 7 SR memiliki perulangan pergerakan sekitar 30 hingga 50 tahunan. Namun itu pun jika yang bergerak segmen yang sama. Karena meskipun sesarnya sama, yang bergerak bisa segmen (bagian sesar) yang berbeda.
"Penyebab gempa kemarin (di Lombok) dan gempa dan tsunami Maumere 1992 mungkin adalah sama-sama pergerakan sesar flores, tapi segmen yang bergerak berbeda. Kalau yang kemarin segmen yang gerak sepertinya ujung barat sesar Flores, sementara yang 1992 adalah ujung timur sesar itu," jelas Eko.
Eko mengungkapkan sebenarnya ada ribuan sesar di wilayah Indonesia baik di darat maupun laut. Namun baru sangat sedikit yang sudah diidentifikasi dan diketahui serta dipahami perilakunya. Dan sesar Flores, lanjut Eko, termasuk yg sudah diketahui keberadaannya meskipun belum detil dan belum dipahami perilakunya.
Sesar Flores dalam istilah geologi disebut back-arc thrust atau sesar naik busur belakang yang memanjang di dalam laut dari utara Pulau Flores hingga Laut Utara Lombok. Bahkan menurut Eko, beberapa orang menduga bahwa sesar ini memanjang sampai laut di utara Pulau Jawa.
Bidang sesar Flores ini miring ke arah selatan hingga kedalaman beberapa kilometer. Sehingga, kata Eko, bagian bawah bidang sesar ini boleh jadi berada di bawah pulau pulau Nusa Tenggara termasuk Pulau Lombok.
"Jadi yang digambarkan oleh BMKG sebagai pusat gempa yang berada di daratan pulau lombok (episenter) adalah proyeksi vertikal dari sebuah titik di kedalaman bumi (hiposenter) dimana bidang sesar (katakan) flores, pergerakannya dimulai sebelum menyebar menjadi pergerakan bidang sesar. Melepaskan energi yang berubah menjadi energi gelombang gempa di permukaan bumi. Pergerakan bidang inilah yang menjadi sumber gelombang gempa," kata Eko menjelaskan.
Gempa bumi 7 SR yang mengguncang wilayah di Nusa Tenggara Barat pada Ahad (5/8) pukul 18.46 WIB memberikan dampak yang luas. Hingga Senin (6/8) dini hari pukul 02.30 WIB, BPBD Provinsi NTB mencatat 82 orang meninggal dunia akibat gempa, ratusan orang luka-luka, dan ribuan rumah mengalami kerusakan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh. Ia menjelaskan daerah yang terparah adalah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, dan Kota Mataram.