Senin 06 Aug 2018 07:49 WIB

Pascakebakaran, Tiga Pasar Tradisional Kembali Dibangun

Setiap pasar nantinya akan dibangun kios terbuka dan tertutup.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Muhammad Hafil
Kebakaran terjadi di Pasa Ateh (Pasar Atas) Bukittinggi, Senin (30/10).
Foto: Republika/Sapto Andiko
Kebakaran terjadi di Pasa Ateh (Pasar Atas) Bukittinggi, Senin (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan detailed engineering design tiga pasar tradisional yang hancur akibat kebakaran. Ketiganya adalah Pasar Atas Bukit Tinggi, Pasar Johar Semarang, dan Pasar Aksara Medan.

Konstruksi Pasar Atas Bukittinggi akan dimulai tahun ini, sementara Pasar Johar dan Pasar Aksara dimulai pada 2019. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, revitalisasi dan pembangunan pasar tradisional oleh pemerintah bukan swasta menunjukan keberpihakan pemerintah kepada para pedagang. Hal ini diharapkan agar harga sewa kios pasar yang baru tetap terjangkau.

"Meski Pasar Atas Bukittingi, Johar Semarang dan Aksara Medan merupakan kewenangan Pemerintah Daerah, namun semua pihak harus turun tangan membantu, termasuk Kementerian PUPR," katanya melalui siaran pers.

Pasar Atas Bukittinggi mengalami kebakaran hebat pada 30 Oktober 2017 lalu yang menyebabkan sekitar 1.000 kios pedagang di gedung tiga lantai itu ludes terbakar. Mayoritas pedagang Pasar Atas menjual pakaian, songket, sulam, makanan dan jenis dagangan lainnya. Penyelesaian bangunan pasar baru akan dilakukan dalam dua tahun, pada 2018 dianggarkan Rp 58,95 miliar dan 2019 sebesar Rp 295,62 miliar. 

Desain gedung Pasar Atas akan menerapkan prinsip bangunan gedung hijau, yakni hemat energi sehingga mengurangi emisi karbon. Desain pasar juga akan dibuat menarik sehingga menambah daya tarik wisata Bukittinggi karena lokasinya berada di pusat wisata Jam Gadang.

"Konsep akan disesuaikan dengan fungsi kota sebagai kota tujuan wisata dengan keselarasan lingkungan dan mempertahankan kearifan lokal," ujarnya

Semuanya akan diterapkan mulai dari tahap perencanaan hingga pembangunan dengan melibatkan Pemerintah Daerah. Untuk pembangunan Pasar Johar Semarang dilakukan karena terjadi kebakaran pada 2015 yang menghanguskan dua pertiga bangunan pasar. Pasar Johar yang sudah menjadi pusat perdagangan masyarakat Kota Semarang sejak 1938 juga merupakan bangunan bersejarah. Pembangunan kembali akan dimulai tahun depan dengan biaya sebesar Rp 174,12 miliar.

Sementara pembangunan Pasar Aksara Medan seluas 1,3 hektare, saat ini tengah dilakukan detail engineering design (DED) dan akan dimulai konstruksinya pada Maret hingga Desember 2019.

Pasar Aksara di Medan mengalami kebakaran pada 12 Juli 2016. Pedagang yang menjadi korban kebakaran untuk sementara waktu ditampung di badan jalan ex Pasar Aksara. Hal ini menyebabkan kemacetan pada titik tersebut.

Tak hanya di kota, Kementerian PUPR sedang menyelesaikan pembangunan tujuh pasar perbatasan. Pasar ini merupakan bagian pengembangan kawasan perbatasan sebagai pusat ekonomi baru yang terintegrasi dengan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Tujuh pasar perbatasan yakni di Skouw Papua, Nanga Badau, Entikong dan Aruk di Kalimantan Barat, Wini, Motaain dan Pasar Motamasin di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Setiap pasar nantinya akan terdiri dari kios tertutup dan lapak terbuka dengan total lapak yang akan tersedia adalah 905 buah. Bangunan pasar juga didesain dengan mengakomodir kearifan budaya lokal dilengkapi landsekap.    

Di Provinsi Papua, Kementerian PUPR membangun Pasar Skouw dengan biaya Rp 70,24 miliar. Saat ini progres fisik 93,33 persen dan ditargetkan rampung pada 2019.

"Itu semua untuk membangun wilayah perbatasan sebagai pusat ekonomi baru," kata Basuki.

Di Kalimantan Barat, Pasar Nanga Badau dengan biaya Rp 7,33 miliar, progres fisiknya 66,73 persen, Pasar Entikong dengan biaya sebesar Rp 27,17 miliar, progres fisik mencapai 55,93 persen dan  Pasar Aruk dengan biaya Rp 22,23 miliar progress fisik 71,17 persen. Pasar Nanga Badau akan rampung pada 2018, sementara Pasar Entinkong dan Pasar Aruk ditargetkan rampung pada 2019.

Di Nusa Tenggara Timur, Pasar Wini dibangun dengan biaya Rp 12,82 miliar, saat ini progres sudah 92,12 persen, Pasar Motamasin dibangun dengan biaya Rp 9,6 miliar sudah 99 persen, Pasar Motaain dengan biaya Rp 14,24 miliar, progres fisik sudah 86,76 persen. Ketiga pasar tersebut ditargetkan rampung pada 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement