Ahad 05 Aug 2018 13:18 WIB

Kemenhub: Waspada Gelombang Tinggi di Laut

Kemenhub meminta setiap nakhoda kapal memwaspadai gelombang tinggi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Bayu Hermawan
Gelombang tinggi
Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Gelombang tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meminta setiap nakhoda kapal dan pihak terkait mewaspadai potensi gelombang tinggi untuk beberapa hari ke depan. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Agus Purnomo mengatakan, hal tersebut sesuai dengan informasi cuaca yang dilansir Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Cuaca saat ini sedang ekstrem. Demi keselamatan pelayaran, agar Nakhoda memperhatikan faktor cuaca sebelum berangkat," kata Agus di Jakarta, Ahad (5/8).

Agus juga meminta penumpang tidak memaksakan kapal berangkat bila cuaca ekstrem. Untuk itu, Agus meminta semua syahbandar tidak menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) di tengah cuaca ekstrem dengan gelombang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan pelayaran.

Terlebih, beberapa waktu terakhir, kecelakaan laut yang terjadi dikarenakan faktor cuaca ekstrem dan gelombang tinggi. Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Kemenhub Junaidi mengungkapkan ada tiga kecelakaan laut pada beberapa waktu lalu karena faktor cuaca ekstrem dan gelombang tinggi.

Pertama yaitu kecelakaan laut Kapal Motor (KM) Berkah Ilahi I di Perairan Pulau Nggelu Sape, Bima NTB, Ahad (29/7). "KM Berkah Ilahi I mengangkut 25 orang dengan rincian 20 orang berhasil diselamatkan, dua orang meninggal dunia, dan tiga orang belum ditemukan," ujar Junaidi.

Junaidi menuturkan kapal dengan berat GT 6 itu berangkat dari Pelabuhan Waikelo, Sumba dengan tujuan Pelabuhan Sape. Sekitar tiga jam berlayar, kata dia, tiba-tiba perahu dihantam gelombang tinggi sekitar empat sampai lima meter sehingga tenggelam di perairan Torobabula Timur Sape. Kecelakaan laut yang diduga karena cuaca ekstrem dan gelombang tinggi juga terjadi pada Jumat (3/8). KM Bunga Hati 2 dengan GT 27 berjenis kapal motor nelayan tenggelam di sekitar Perairan Pulau Cendikia Indramayu, Jawa Barat.

"Sebanyak 13 orang awak kapal ditemukan selamat dalam kondisi sehat setelah sebelumnya diberitakan hilang,” jelas Junaidi.

Sebelumnya KM Bunga Hati 2 berangkat dari Pelabuhan Perikanan Karangsong Indramayu tujuan Laut Jawa untuk mencari ikan dengan 13 awak kapal termasuk nakhoda. Junaidi menuturkan kapal tersebut terbalik di perairan Indramayu dengan jarak 67 NM dari Pelabuhan Cirebon.

Berikutnya kecelakaan laut terjadi kembali menerpa KM Alyssa di Perairan Mentawai, Sumatera Barat, Jumat (3/8). KM Alyssa dengan GT 99 yang dinakhodai Irwanto Leo membawa enam orang ABK dan 17 orang penumpang yang seluruhnya berhasil dievakuasi dengan selamat. Junaidi menjelaskan penyebab terjadinya kecelakaan KM Alyssa diduga karena gelombang tinggi dan kuatnya angin.

"Pada saat kejadian, kecepatan angin mencapai 25 knot dari Tenggara dan tinggi gelombang sekitar dua sampai dengan empat meter," ucapnya.

KM Alyssa berangkat dari Pelabuhan Muara Padang dengan tujuan Pelabuhan Tua Pejat. Saat berlayar, KM Alyssa merubah tujuan ke Katiet untuk mengantarkan penumpang ke lokasi berselancar namun harus menghadapi cuaca buruk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement